Masjid Menara Kudus Simbol Toleransi Peninggalan Walisongo

Mesjid Menara Kudus, Kudus
Mesjid Menara Kudus, Kudus (Foto : )
Salah satu masjid di Pantura Timur Jawa Tengah yakni, Masjid Menara, Kudus, yang memiliki arsitektur unik. Yakni  perpaduan antara corak Islam, Hindu dan Budha. Masjid ini menjadi salah satu tempat bersejarah penting, bagi penyebaran agama Islam di pulau Jawa, oleh salah satu Walisongo yakni Jafar Sodiq atau juga dikenal dengan Sunan Kudus.
Masjid Menara Kudus terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Masjid ini, kini menjadi salah satu tempat bersejarah penting bagi penyebaran agama Islam di pulau Jawa.Masjid tersebut berdiri pada 956 Hijriah atau 1549 Masehi, oleh Ja`far Sodiq yang kemudian dikenal sebagai Sunan Kudus, yang pernah membawa sebuah batu dari Baitul Maqdis di Palestina, dan batu tersebut kemudian digunakan untuk batu pertama pendirian masjid yang kemudian diberi nama masjid Al-Aqsa ini.Namun, belakangan justru masjid tersebut populer dengan sebutan masjid Menara Kudus. Hal ini merujuk pada banguan menara setinggi 18 meter meter, di sisi masjid yang menyerupai candi dan memakai arsitektur bercorak Hindu Jawa.Menara kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter, dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 meter. Di sekeliling bangunan, dihias dengan piring-piring bergambar yang semuanya berjumlah 32 buah.Bangunan menara pada saat itu digunakan untuk tempat mengumandangkan Adzan. Selain itu juga, digunakan untuk mengumumkan informasi tentang kegiatan keagamaan termasuk pengumuman awal puasa Ramadan.Masjid Menara Kudus juga memiliki gapura, yang bentuknya berbeda dengan bangunan masjid pada umumnya di Indonesia. Gapura dan bangunan menara terbuat dari tumpukan batu merah yang menyisakan daya pikat tersendiri.Terdapat pula tempat wudhu yang unik dengan panjang 12 meter, lebar 4 meter dan tinggi 3 meter. Bahan bangunan dari bata merah menghiasi bangunan yang berbentuk persegi panjang, dengan delapan pancuran dilengkapi arca yang diletakkan di atasnya. Hal ini mengadaptasi dari keyakinan Budha, delapan jalan kebenaran atau Asta Sanghika Marga.Sementara di dalam masjid, juga terdapat gapura dengan corak Hindu seperti pintu gerbang wihara atau pura.Konon, ini adalah cara Sunan Kudus berdakwah pada masyarakat yang saat itu masih menganut kepercayaan Hindu dan Budha. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk menerima agama Islam, sebagai agama baru yang menghargai budaya.Biasanya banyak peziarah yang datang dari berbagai kota di masjid menara ini, karena Masjid Menara Kudus juga berdampingan dengan makam Sunan Kudus. Namun karena wabah corona, jumlah pengunjung Menara Kudus menurun.Nampak beberapa pengunjung sengaja datang ke masjid Menara Kudus, untuk beriikikaf memanfaatkan waktu di bulan puasa, dengan membaca kitab suci Alquran.Suasana di masjid menara yang tenang menambah kekhusyukan ibadah.Pengurus masjid juga rutin melakukan penyemprotan disinfektan ,dan pengunjung diwajibkan memakai masker untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Galih Manunggal | Kudus, Jawa Tengah