Kepala Perpusnas : Jangan Terjebak Opini Budaya Baca Indonesia Rendah

Perpusnas
Perpusnas (Foto : )
Arahan Presiden Jokowi di periode kedua pemerintahan adalah menciptakan SDM unggul Indonesia maju. Dan Perpustakaan Nasional adalah salah satu yang diharapkan mampu menaikkan indeks pembangunan manusia, khususnya di level Asia.
Indeks pembangunan manusia bisa dicapai jika manusia Indonesia cerdas. Hal tersebut merupakan bagian dari tujuan negara didirikan. [caption id="attachment_284531" align="alignnone" width="1280"]
Kepala Perpusnas : Jangan Terjebak Opini Budaya Baca Indonesia Rendah Kepala Perpusnas : Jangan Terjebak Opini Budaya Baca Indonesia Rendah (Foto: Istimewa)[/caption] "Indonesia bukan bangsa dengan budaya baca rendah. Tapi fakta di lapangan disebabkan karena belum cukup akses yang memadai. Jangan terjebak opini internasional tapi mari kita perbaiki bersama," kata Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando saat memberikan laporan pada Rapat Koordinasi Nasional Perpustakaan Nasional di Jakarta, Selasa, (25/2/2020). Kehadiran Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian sebagai pembicara kunci adalah untuk menyakini seluruh pemerintah daerah agar punya kesadaran menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan penduduknya. Pendidikan dan perpustakaan tidak bisa dipisahkan karena perpustakaan jantungnya pendidikan. "Tidak ada guru tentang kedaerahan, tapi banyak buku yang menginformasikan asal usul, adat istiadat. Ini bisa dikelola oleh daerah. Daerah harus benar-benar tumbuhkan literasi," terang Syarif Bando. Kepala Daerah Harus Sediakan Kebutuhan Bahan Bacaan Penduduknya Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Namun, potensi demografi dan geografi tidak menjadikan Indonesia negara yang kaya. Dukungan dan perhatian yang kurang dari pemerintah daerah dianggap salah satu kendala perkembangan perpustakaan dan minat baca belum membaik. [caption id="attachment_284533" align="alignnone" width="900"]Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Nasional Perpustakaan Nasional 2020 di Jakarta, Selasa, (25/2/2020) Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Nasional Perpustakaan Nasional 2020 di Jakarta, Selasa, (25/2/2020) (Foto: Istimewa)[/caption] "Banyak daerah yang belum paham persoalan tentang minat baca," terang Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Nasional Perpustakaan Nasional 2020 di Jakarta, Selasa, (25/2/2020). Mendagri Tito menyayangkan hal tersebut. Padahal Rakornas ini penting. Menentukan arah dan keberhasilan bangsa. Bukan sekedar kegiatan lips service. Namun,  tidak lebih dari lima persen dari 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota yang diundang yang hadir. Sudah banyak penelitian internasional yang mengatakan minat baca Indonesia rendah. Itu adalah alarm. Semacam wake up call. Meski terakhir, world culture indeks menampilkan update terbaru bahwa angka minat baca Indonesia berada di posisi menengah. Dalam berbagai kesempatan, Perpustakaan Nasional melansir bahwa bukan bahan bacaan yang kurang tapi ketersediaan akses terhadap bahan bacaan. Apalagi mayoritas penduduk tinggal di daerah pelosok, terpencil. "Kepala Daerah harus mulai sadar dan berupaya untuk menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya," terang Tito. Pengetahuan menjadi sangat penting. Kunci untuk memunculkan sumber daya yang unggul. Selain faktor kesehatan, SDM unggul juga harus terdidik dan terlatih. Semakin banyak bahan bacaan tersedia, maka makin terbuka inovasi yang bisa dihasilkan, mengembangkan ide, dan juga opsi-opsi sehingga mampu menghasilkan keputusan yang cepat. Kepala Daerah Harus Sediakan Kebutuhan Bahan Bacaan Penduduknya Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Namun, potensi demografi dan geografi tidak menjadikan Indonesia negara yang kaya. Dukungan dan perhatian yang kurang dari pemerintah daerah dianggap salah satu kendala perkembangan perpustakaan dan minat baca belum membaik. "Banyak daerah yang belum paham persoalan tentang minat baca," terang Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Nasional Perpustakaan Nasional 2020 di Jakarta, Selasa, (25/2/2020). [caption id="attachment_284532" align="alignnone" width="1280"]Kepala Perpusnas : Jangan Terjebak Opini Budaya Baca Indonesia Rendah Kepala Perpusnas : Jangan Terjebak Opini Budaya Baca Indonesia Rendah (Foto: Istimewa)[/caption] Mendagri Tito menyayangkan hal tersebut. Padahal Rakornas ini penting. Menentukan arah dan keberhasilan bangsa. Bukan sekedar kegiatan lips service. Namun,  tidak lebih dari lima persen dari 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota yang diundang yang hadir. Sudah banyak penelitian internasional yang mengatakan minat baca Indonesia rendah. Itu adalah alarm. Semacam wake up call. Meski terakhir, world culture indeks menampilkan update terbaru bahwa angka minat baca Indonesia berada di posisi menengah. Dalam berbagai kesempatan, Perpustakaan Nasional melansir bahwa bukan bahan bacaan yang kurang tapi ketersediaan akses terhadap bahan bacaan. Apalagi mayoritas penduduk tinggal di daerah pelosok, terpencil. "Kepala Daerah harus mulai sadar dan berupaya untuk menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya," terang Tito. Pengetahuan menjadi sangat penting. Kunci untuk memunculkan sumber daya yang unggul. Selain faktor kesehatan, SDM unggul juga harus terdidik dan terlatih. Semakin banyak bahan bacaan tersedia, maka makin terbuka inovasi yang bisa dihasilkan, mengembangkan ide, dan juga opsi-opsi sehingga mampu menghasilkan keputusan yang cepat. (Sumber: Humas Perpustakaan Nasional)