Wow... Thomas Djorghi, Kuliner Ekstrem Ulat dan Daging Mentah Dilahap

ekspresi Thomas
ekspresi Thomas (Foto : )
Thomas Djorghi melakukan perjalanan ke kota Busan merupakan kota metropolitan terbesar ke 2  setelah Seoul, Korea Selatan. Terlintas nama kota Busan teringat akan Film Train to Busan, film horor bergenre zombie. Jelajah kali ini,  Thomas Djorghi bukan hanya mengunjungi tempat-tempat wisata saja, tapi juga menyantap kuliner ekstrem kepompong ulat sutra dan daging sapi mentah.
Menjelajah dengan mengunjungi kota besar di beberapa belahan dunia sungguh mengasyikan. Berkunjung dari tempat yang satu ke tempat wisata yang lainnya, apalagi belum pernah dikunjungi. Pengalaman baru itu dirasakan Thomas Djorghi alias Dul, saat melancong ke negeri yang  terkenal dengan K-pop (music pop Korea) dan drakor (Drama Korea). Perjalanan keliling Negeri Ginseng Korea Selatan, dilakukan selama 8 hari bersama sahabatnya. Beberapa tempat telah dikunjungi antara lain istana Gyeongbokgung,  Bukchon Hanok Village dan beberapa tempat wisata lainnya di kota Seoul. Setelah menikmati keindahan kota Seoul dengan segala  keunikan kotanya, lalu Thomas melakukan perjalan menuju kota Busan, waktu yang ditempuh sekitar 5 jam dengan menggunakan  mobil. Wow serem yang terlintas tentang kota Busan, pastinya tentang
film Train to Busan yang merupakan film horor yang bergenre zombie. Kota Busan merupakan kota metropolitan, kota kedua terpadat setelah kota Seoul, dan juga menjadi pelabuhan tersibuk ke-9 di dunia. [caption id="attachment_248966" align="alignnone" width="900"] Thomas memilih ikan hidup untuk santapan malamnya di Jagalchi market merupakan pasar ikan terkenal di Busan. (Foto:Istimewa)[/caption] "Kota Busan terkenal dengan wisata pinggir lautnya yang eksotik, saya sampai malam hari lalu hunting makan ikan di Jagalchi market. Dengan hanya 1.5 juta kami makan berempat sudah menikmati banyak santapan dari udang bakar, sashimi ikan dan soup ikan serta bubur scallop, disini ikannya berbeda dari tempat lain pernah coba, rasanya manis karena saat kita pesan masih hidup," ungkap Thomas. Pengalaman apa saat Thomas melancong ke Kota yang terkenal pesisir pantainya ? Bagaimana rasanya menyantap kuliner ekstrim dari kepompong ulat sutra sampai daging sapi mentah? [caption id="" align="alignnone" width="1184"] Persiapan menuju ke tempat wisata di dermaga kapal wisata (Foto:Istimewa)[/caption] Keesokan harinya Thomas Djorghi bersama sahabatnya hendak mengunjungi lokasi wisata di beberapa pulau menarik di Busan, di tengah perjalanan kapal wisatanya diterjang badai serta ombak tinggi. Sehingga kapten kapal memutuskan untuk kembali ke pelabuhan dan tidak melanjutkan perjalanan. "Akibat cuaca tidak bersahabat dan waktu bermalam hanya satu hari di kota Busan, maka saya langsung hunting kuliner di restoran di Song hak gui. Wow ternyata ada dua makanan yang membuat saya penasaran, kepompong ulat sutra dan daging sapi mentah, makanan ini belum pernah saya coba", kata Thomas. [caption id="attachment_248969" align="alignnone" width="1280"] Ekspresi wajah Thomas saat menyantap camilan kepompong ulat sutra ( Beondegi). (Foto:Istimewa)[/caption] Beondegi (bahasa Koreanya) adalah  kepompong ulat sutra penyajian sebelum dimakan dengan dikukus atau direbus terlebih dahulu dan dimakan sebagai camilan. Beondegi menurut sejarah sudah ada sejak akhir tahun 1900-an, biasanya disajikan bersamaan dengan minum soju dan makgeolli (arak beras). Beondegi dihidangkan para pedagang kaki lima dan di beberapa restoran kota besar seperti di kota Busan. "Iya makan ulet itu aneh, rasanya agak manis karena bercampur dengan kecap dan sedikit gurih, saya coba makan sekali, ok ok sih, ke dua kalinya, ya dibilang enak juga nggak, cuma pengalamannya yang tidak terlupakan," ujar Thomas. Lanjut Thomas  memakan daging mentah  yang juga sudah disajikan sepaket dengan cemilan kepompong ulat sutra. [caption id="attachment_248971" align="alignnone" width="1280"] Thomas memakan daging sapi mentah. (Foto:Istimewa)[/caption] "Saya mencoba daging mentah, dagingnya dipilih yang premium, diiris-iris tipis sudah diberi bumbu dan dimakan dengan memakai saus Korea, ya enak tapi tetap aneh rasanya dagingnya lembut," pungkas Thomas djorghi. Setelah merasakan keunikan kuliner kota Busan, Thomas menuju ke tempat yang dijuluki Santorini of South Korea karena pemandangannya hampir serupa dengan Santorini di Yunani. Tempat wisatanya bernama Gamcheon Culture Village adalah tempat wisata kampung warna-warni, lokasi terdapat beberapa museum seni, mural dan patung-patung unik di sudut-sudut bangunannya. [caption id="attachment_248973" align="alignnone" width="900"] Pemandangan  Gamcheon Culture Village adalah tempat wisata kampung warna-warni. (Foto:Istimewa)[/caption] "Di Gamcheon Udaranya sejuk karena letaknya di lereng bukit, bersih, nyaman bisa beli souvenir pernak-pernik dan pembuatan kerajinan tangan khas korea, enak disini kita selfie dan wefie gratis alias tidak bayar," pungkas Thomas Djorghi. [caption id="attachment_248974" align="alignnone" width="900"] Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan, berpose dengan latar belakang Gamcheon kampung warna-warni ala Santorini di korea Selatan (Foto:Istimewa)[/caption] Thomas Djorghi selama menjelajahi negeri Ginseng, masih menyisakan beberapa tempat wisata dengan pengalaman yang tidak kalah menariknya, salah satunya mengunjungi Andong Hahoe Folk Village merupakan kampung tradisional  terletak di Andong dan menjadi situs warisan dunia UNESCO sejak 2010. Tunggu keseruan Thomas Djorghi di perjalanan yang menarik lainnya.

Baca Juga Thomas Djorghi Jelajah Negeri k-Pop, Drama di Kota Seoul, Ada Apa Ya?