Cendol Dawet! Spiritualisme dalam Gerbong KRL

Cendol Dawet! Spiritualisme dalam Gerbong KRL
Cendol Dawet! Spiritualisme dalam Gerbong KRL (Foto : )
Mereka terhimpit dan menghimpit dalam KRL. Barangkali semesta sedang memaksa mereka. Melatih tubuh dan jiwa. Merasuk semesta maha kudus. Memraktikkan pose yoga. Menguasai sabar. Karena Janji Suci telah menanti!
Beragam pose Yoga tidak pernah dirancang untuk terjadi. Namun muncul begitu saja. Menyesuaikan ruang. Memaklumi waktu. Menekuk badan. Mengempiskan perut. Mengangkat tangan bermenit-menit. Berdiri dari stasiun lepas stasiun. Mengatur nafas agar aroma keringat tak menjumput kesadaran. [caption id="attachment_246197" align="alignnone" width="910"]
Cendol Dawet! Spiritualisme dalam Gerbong KRL Foto: Instagram | @curhatkrl[/caption] Saking khusyuknya beryoga, ada yang tertidur dalam posisi berdiri sambil tangan bergelantungan. Sebagian lagi sibuk beryoga dengan matanya. Melirik sana-sini. Mencari makhluk Tuhan paling seksi, begitu kata Mulan Jameela. Sebagian yang lain sibuk melakukan yoga jari dengan telepon genggamnya. Ada pula yang beryoga wajah. Bersenyum bahagia. Menatap tangannya dan bersyukur. Tangannya masih sigap merespon perintah otak. Hari ini sukses mencomot kutang! Lho kok ketawa? Gak percaya? [caption id="attachment_246200" align="alignnone" width="417"]Cendol Dawet! Spiritualisme dalam Gerbong KRL Foto: Instagram | @estehleci[/caption] Kisah ini dibagikan oleh Vini, pengguna akun Twitter @estehleci. Bukan pengalaman pribadi. Cerita dari sahabatnya. Begini, wanita ini naik awalnya naik KRL jurusan Manggarai-Bogor. Saat itu sedang jam padat. Desak-desakan sudah pasti terjadi. Mulai masuk gerbong hingga mencari tempat duduk ataupun tempat lengang untuk berdiri. Ya … kayak simulasi di padang Masyar gitu. [caption id="attachment_246207" align="alignnone" width="482"]Cendol Dawet! Spiritualisme dalam Gerbong KRL Foto: Instagram | @estehleci[/caption] Si wanita tidak merasakan gerayang tangan usil sampai turun di stasiun tujuan. Setibanya di kafe dan nongkrong bersama teman-temannya, wanita ini baru menyadari dadanya beda ukuran 2 sentimeter. Makin menyusut! Ternyata kutang yang dipakainya telah raib. Beruntung saat itu si wanita memakai kutang dan sport bra. [caption id="attachment_246208" align="alignnone" width="457"]Cendol Dawet! Spiritualisme dalam Gerbong KRL Foto: Instagram | @estehleci[/caption] Kocaknya lagi, kutang yang hilang itu milik ibunya! Sssttt ... siapa tahu kutangnya kebesaran lalu dirangkep pakai sport bra. Kutang yang kebesaran ini rawan copot talinya lalu mlorot, jatuh. LOL! Baiklah, itu semua kisah-kisah yang membuat hidup kita warna-warni. Jika jiwa atau pikiran kita lepas merdeka maka raga pun bergembira. Silakan amati, semua latihan kesadaran di KRL ini akan membuahkan hasil ketika kereta berhenti di stasiun tujuan. Ada kelegaan! Ada syukur bergema dalam kalbu! Mereka tidak sepenuhnya menyadari bahwa semesta memunculkan desakan naluri. Naluri untuk segera sampai di rumah. Janji Suci telah menanti! Sinetron di ANTV itu tayang jam 20.00 wib! Bagaimana dengan esok? Tenang … esok punya cerita dan kisahnya sendiri. Banyak tempat yang bisa membantu kita memaknai spiritualisme. Salah satunya di KRL. Beryoga! Menyatukan Jiwa, Raga dan Ruh. Menjadi satu kesadaran universal. Kemudian kembali lagi menjadi kesadaran raga. Kesadaran inderawi. Menikmati adanya! Setidaknya latihan Yoga hari ini telah sukses terlalui. Cendol Dawet! Setiap jam pulang kerja, KRL penuh sesak. Bagai cendol dawet! Presiden Jokowi pernah merasakannya. Hari itu, Rabu (6/3/2019). Jokowi naik dari Stasiun Tanjung Barat saat pulang ke Istana Bogor. Banyak komplainan dari penumpang. Mereka meminta penambahan gerbong atau penambahan jumlah rangkaian kereta. Begini kata Pak Jokowi, sekarang kereta lewat persimpangan setiap 10 menit sekali. Kalau ditambah rangkaian akan menjadi 5 menit sekali. Apa jadinya? Banyak persimpangan yang tutup terus! Kan palang kereta apinya hanya buka 5 menit. Masalah lagi! [caption id="attachment_246198" align="alignnone" width="921"]Cendol Dawet! Spiritualisme dalam Gerbong KRL Foto: Instagram | @curhatkrl[/caption] Lha trus solusinya apa, Pak? Begini, akan dibangun jalur kereta layang atau elevated. Ini untuk mengurangi persimpangan sebidang antara kereta dengan jalan raya. Memang pembangunan jalur layang untuk kereta biayanya mahal, namun tak ada solusi lain. Dengan begitu, waktu pemberangkatan antar-kereta atau headway bisa lebih sering. Gak ada lagi gerbong cendol dawet! Gak ada lagi yang bisa comot-comot kutang! Baiklah, ambil kutangnya … Eh, sepedanya sana …