Bocah Bajang antara Mistik & Tradisi

Bocah Bajang antara Mistik & Tradisi (Sumber: Kemenpar)
Bocah Bajang antara Mistik & Tradisi (Sumber: Kemenpar) (Foto : )
dan cukur gimbal. Jamasan adalah ritual mandi bilas menggunakan air dari tujuh sumber mata air.Kalau sampai gimbal tidak dipotong, akan berpengaruh buruk bagi tubuh dan pikiran. Bahkan, bisa jadi si bocah bajang bakal mengalami gangguan dari makhluk gaib. Demikian pula akan terjadi pagebluk atau musibah di kawasan setempat.Pemotongan rambut gimbalnya pun ada syarat tertentu, yaitu harus sukarela kemauan si bocah bajang. Selain itu, orang tua juga harus memenuhi apa permintaan anaknya. Karenanya, ruwatan rambut gimbal ini tidak dilaksanakan setiap saat.Bahkan dalam setahun, belum tentu ada anak berambut gimbal yang diruwat karena kadang kala orang tuanya belum mampu menyiapkan permintaan si anak termasuk biaya menggelar ruwatan.
Asal-usul Bocah Bajang
Bocah-bocah Bajang berambut gimbal banyak ditemukan di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Mengapa rambut mereka tumbuh gimbal? Jika ditelusuri secara genetis, kemungkinan besar leluhur mereka juga ada yang berambut gimbal. Seperti gimbal milik Kayang Ayuningtyas Nugroho (5 tahun) yang ternyata turunan dari ibundanya.[caption id="attachment_219368" align="aligncenter" width="731"] Bocah Bajang antara Mistik & Tradisi Kayang Ayuningtyas Nugroho (5 tahun) jalani ritual Ruwatan. (Sumber: Kemenpar)[/caption]Secara mistis bocah gimbal dipercaya sebagai titisan leluhur Dieng. Jika anak gimbal laki-laki merupakan titisan atau manifestasi Kiai Kolodite dan yang perempuan merupakan titisan atau manifestasi Nini Ronce Kala Prenye, yang adalah utusan penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul.Kiai Kolodete adalah nama seorang Tumenggung yang membangun cikal bakal permukiman di daerah pegunungan Dieng. Kiai Kolodete dipercaya sebagai orang 'berilmu' yang disegani, juga dikenal sebagai pengayom dan pembela rakyat kecil.Kiai Kolodete datang ke Dieng sekira tahun 1628 M. Pada peristiwa runtuhnya Majapahit, banyak yang melarikan diri ke Bali, sementara Kiai Kolodete bersama Kiai Karim dan Kiai Walik menuju hutan belantara pegunungan Dieng.Kiai Kolodete juga berambut gimbal yang panjang. Ia pernah bersumpah tidak akan mencukur rambutnya hingga kawasan dataran tinggi Dieng makmur. Bila keinginannya tidak terkabul, dia akan menitiskan rohnya kepada anak yang baru lahir atau anak yang baru belajar berjalan. Sebagai bukti titisannya, si anak akan berambut gimbal.Biasanya memang rambut gimbal bocah-bocah bajang Dieng tumbuh saat berusia 7 bulan – 2 tahun. Sebelum rambut gimbal tumbuh, mereka pasti akan sakit-sakitan. Mulai dari demam tinggi hingga keluar bintik-bintik di kepala. Tanda-tanda khusus ini masih terjadi sampai sekarang.Nah, jika bocah bajang masih terus ada, apakah ini artinya kawasan dataran tinggi Dieng belum makmur?Pelarungan rambut gimbal adalah ritual akhir. Rambut-rambut para bajang dilarung di Telaga Warna. Airnya mengalir ke Sungai Serayu yang berhilir di Pantai Selatan. Di sinilah secara mistis bocah-bocah bajang terhubung dengan ibunda di laut selatan.Di sinilah kearifan spiritual masyarakat Jawa yang menjaga harmoni antara