KemenLHK: Penyebab Banjir Bandang Sentani Akibat Longsoran Alami

KemenLHK: Penyebab Banjir Bandang Sentani Akibat Longsoran Alami
KemenLHK: Penyebab Banjir Bandang Sentani Akibat Longsoran Alami (Foto : )
newsplus.antvklik.com
- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK) membantah penyebab terjadinya banjir bandang di Sentani, Jayapura, Papua, akibat rusaknya ekosistem Gunung Cycloop yang selama ini menjadi cagar alam.Penyebab terjadinya banjir bandang tersebut, menurut Direktur Jenderal Pengendalian Dataran Sungai dan Hutan Lindung KemenLHK, IB Putera Parthama, disebabkan oleh longsoran alami yang terjadi di hulu.Ia menambahkan, longsoran itu membentuk dam atau bendungan alami. Lalu ketika terjadinya hujan ekstrem, maka bendungan akan hanyut terbawa air hujan."Yang paling mungkin terjadi itu adalah longsoran-longsoran alami di hulu dikarenakan jenis tanah, curah hujan, pelerengan yang membentuk dam-dam, bendungan-bendungan alami, timbunan-timbunan tanah yang terbentuk alami dan ketika terjadi hujan ekstrem itu hanyut," kata Putera.Rencananya tim dari KemenLHK akan berangkat menuju Sentani, untuk mengumpulkan fakta dan merekonstruksi terjadinya longsor yang mengakibatkan banjir bandang.Sabtu (16/3/2019) lalu, banjir bandang melanda sembilan kelurahan di Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.Hingga Selasa (19/3/2019) pagi, di Posko Induk Tanggap Darurat tercatat total korban meninggal dunia sebanyak 89 orang, 159 luka-luka dan 74 orang masih hilang. Selain itu, banjir bandang juga mengakibatkan kerusakan parah pada 350 rumah, tiga unit jembatan, delapan unit drainase, empat ruas jalan, lalu yang mengalami rusak berat adalah dua bangunab gereja, satu masjid, delapan sekolah, 104 unit ruko dan satu lokasi pasar.“Sebanyak 1.613 personel Tim SAR gabungan akan terus mencari korban karena diperkirakan masih ada korban yang belum ditemukan. Tercatat ada 6.831 orang pengungsi yang tersebar di 15 titik pengungsian. Pengungsi masih memerlukan bantuan kebutuhan dasar,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (19/3/2019).
 | Rahmat Aminuddin | Johannes Bosco Endarto | Jakarta |