Jenazah Ditandu di Hutan Medan Terjal Sejauh 65 Kilometer

jenazah ditandu 65 km (2)
jenazah ditandu 65 km (2) (Foto : )
Dari lokasi tersebut, jenazah Ranti Tanta ditandu secara bergantian sejauh 65 kilometer. Selain jarak yang cukup jauh, medan yang dilalui tidaklah mudah. Rombongan yang menggotong jenazah harus melewati hutan belantara yang terjal dan berbatu -- lengah sedikit saja bisa jatuh ke jurang.
newsplus.antvklik.com -
Ada berbagai cerita kehidupan di daerah pedalaman Indonesia. Salah satunya  tentang jenazah yang ditandu menuju Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, yang viral di sosial media. Peti jenazah dibalut terpal berwarna biru ditandu sejumlah pria berjalan menuju perkampungan di Kecamatan Rampi, araknya dari Masamba, Ibukota Kabupaten Luwu Utara, mencapai 85 kilometer. Sebelum ditandu, jenazah tersebut diantar menggunakan ambulance milik rumah sakit menuju penghujung jalan yang bisa diakses roda empat, kemudian jenazah ditandu menuju Rampi.[caption id="attachment_198728" align="alignnone" width="300"] jenazah ditandu 65 km Ambulance mengantar jenazah hingga pinggir hutan yang akan dilalui (Foto: Haswadi)[/caption]Dari lokasi tersebut, jenazah Ranti Tanta ditandu secara bergantian sejauh 65 kilometer. Selain jarak yang cukup jauh, medan yang dilalui tidaklah mudah. Rombongan yang menggotong jenazah harus melewati hutan belantara yang terjal dan berbatu -- lengah sedikit saja bisa jatuh ke jurang.Ranti Tanta, warga Kecamatan Rampi meninggal dunia di salah satu rumah sakit di Masamba, Luwu Utara. Keluarganya meminta agar jenazah Ranti Tanta dimakamkan di kampung halamannya di Rampi.Selama dalam peerjanan, peti jenazah sesekali disemayamkan di rumah keluarga atau kerabat almarhum, agar rombongan yang menandu bisa beristirahat sejenak.Akses jalan darat dari Masamba menuju Rampi tidaklah mudah. Daerah ini hanya bisa diakses kendaraan roda dua, itupun harus berjuang dan membutuhkan waktu berhari-hari untuk bisa sampai. Jalan menuju lokasi ini akan semakin sulit di kala  musim hujan seperti sekarang ini.Seorang warga Luwu, Ismail Wahid mengatakan hingga kini kondisi jalan Masamba-Rampi dan Seko, masih memprihatinkan. Apalagi saat ini musim hujan, sehingga dipastikan kondisinya makin rusak dan berlumpur. Pemerintah Sulawesi Selatan diminta bersinergi dengan Pemda Luwu Utara dan memprioritaskan pembangunan jalan penghubung Masamba-Rampi dan Seko.“Kedua daerah ini masih terisolir akibat akses jalan yang rusak parah. Warga yang akan ke ibukota Kabupaten Luwu Utara harus berjalan kaki sehari semalam. Sementara jika menggunakan jasa ojek, harus menyiapkan dana Rp 700 hingga Rp 850 ribu sekali jalan, “ Kata Ismail Wahid.Senada dengan Ismail Wahid, warga lainnya, Arif Rusby, juga membenarkan jika kondisi jalan di Rampi dan Seko hingga kini masih rusak parah. Apalagi di musim hujan seperti sekarang, masyarakat dari Rampi dan Seko, harus melintasi jalan berlumpur dan hutan belantara.“Jika ada warga Rampi atau Seko yang meninggal dunia di luar daerah tadi, dan akan dimakamkan di Rampi dan Seko, maka harus ditandu, karena jalan menuju daerah tersebut tidak dapat diakses dengan mobil. Kondisi ini sudah berlangsung sejak Indonesia merdeka dan sampai saat ini belum pernah dilakukan perbaikan.Meski Pemerintah Kabupaten Luwu Utara terus berupaya untuk membuka akses jalan dengan menyiapkan anggaran cukup besar, namun keadaan topografi alam di daerah itu tidak mendukung sehingga sangat menyulitkan.Warga yang ada di daerah tersebut hanya mengandalkan ojek sepeda motor dengan tarif selangit, mulai  Rp 800 ribu bahkan bisa sampai satu juta sekali jalan. Sementara akses transportasi udara yang menggunakan pesawat kurang peminat, karena harga tiket yang mahal.  Tak hanya itu, sulitnya mendapat tiket penerbangan  untuk keluar-masuk kecamatan membuat warga terpaksa mengantungkan hidup mereka ke tukang ojek.| Haswadi  | Luwu Utara, Sulawesi Selatan |