Kisah Amanda Bertahan Pada Sebuah Karang

Kisah Yanti
Kisah Yanti (Foto : )
newsplus.antvklik.com- Peristiwa tsunami Selat Sunda menyisakan banyak cerita sedih. Namun tsunami yang menelan korban ratusan korban jiwa ini jiwa bercerita tentang semangat hidup,  semangat membantu sesama yang terancam maut, meski maut juga mengancam sang penolong. Ini kisah Amanda, anak perempuan berusia 12 tahun ini yang ditemukan tertahan di sebuah karang di tengah laut, sesaat setelah Tsunami menerjang Tanjung Lesung. Atas seijin Yanti, kisah Amanda ini dishare sebagai inspirasi untuk terus bertahan hidup dan menolong sesama.Tak sekilas pun ada dalam pikiran Amanda, liburannya ke Tanjung Lesung ini adalah saat-saat kebersamaannya yang terakhir bersama ayah bundanya. Saat itu Amanda masih berkumpul dengan mereka, ketika tiba-tiba air tsunami datang menerjang.Amanda yang tengah mengisi libur bersama keluarganya terseret ke tengah laut saat terjadi tsunami. Beruntung sebuah karang berhasil diraihnya. Amanda pun menaiki karang itu.Beruntung, sorotan nyala senter HP dan teriakan si bocah telah menggerakkan kru kontraktor pelaksana lapangan Proyek PUPR PKP Cipta Karya langsung terjun ke laut.Dengan berenang bulak balik sejauh hampir 500 meter anak ini bisa diselamatkan."Sesaat setelah kejadian, para kru kontraktor pelaksana proyek PUPR bersama warga lokal spontan menolong para korban dengan nyebur kelaut. Mereka berhasil menyelamatkan ratusan nyawa malam itu. Menurut mereka, masih banyak yang mustinya masih bisa diselamatkan, jika bantuan segera datang, kisah Yanti Herawati yang menceritakan ulang pengalaman rekannya, Aulia Indra 32 tahun, Kontraktor pelaksana Proyek PUPR Cipta Karya.Amanda bertahan hidup dan selamat. Namun ayah bundanya terseret tsunami dan ditemukan tak lagi bernyawa. Keduanya sudah dikebumikan.Ada sekitar 10 orang kru kontraktor pelaksana Proyek PUPR yang malam itu mempertaruhkan nyawanya untuk mengevakuasi korban. "Dengan 2 mobil proyek mereka bulak balik memindahkan korban ketempat yang lebih aman,"kata Yanti dalam akun Yanti Wij di facebook."Teringat ucapannya, kenapa mereka mau mengorbankan nyawa malam itu tanpa ragu dan takut dengan perlengkapan seadanya. Kita hanya perlu menjadi 'Manusia' saja untuk menolong."Para kru pelaksana di lapangan itu memang sudah terbiasa bekerja penuh resiko. Merintis membuka lahan dan membangun didaerah yang belum dijamah manusia. Ganasnya hutan, rawa, sungai dan ancaman2 lainnya telah membentuk mental dan "Fisik mereka tangguh, cepat mengambil Keputusan dan mampu tanggung jawab atas semua resiko yang telah diambil,"kata Yanti, yang pada saat kejadian juga berada di Tanjung Lesung dan dengan cepat mengubah status liburnya dari wisatawan menjadi relawan."Banyak cerita penyelamatan korban yang sulit diterima akal sehat dan logika manusia,"kisah Yanti yang juga selamat dari hantaman tsunami.