Menyoroti 6 Fakta Menarik Tentang Tuberkulosis (TBC) di Indonesia

Menyoroti 6 Fakta Menarik Tentang Tuberkulosis (TBC) di Indonesia (Foto : Ilustrasi - Pixabay)

AntvTuberkulosis atau TBC telah menjadi fokus perhatian global, termasuk di Indonesia, menjadi sebagai salah satu masalah kesehatan yang memprihatinkan dan terus diupayakan pencegahannya.

Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam paru-paru dan mengakibatkan pengidapnya mengalami sesak napas disertai batuk kronis.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi infeksi TBC sejak 1995, penyakit ini tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian, menempati peringkat ke-13 di dunia.

Di Indonesia sendiri, pemberantasan TBC menjadi program prioritas nasional, sebagaimana tertuang pada Perpres Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

Mari kita telaah beberapa fakta menarik yang menggambarkan situasi TBC di Indonesia.

1. Hampir Sejuta Kasus TBC

Pada tahun 2021, Indonesia mencatat estimasi sekitar 969.000 kasus TBC, angka yang mengejutkan.

Dalam perhitungan yang lebih detail, setiap 33 detik ada satu orang yang terinfeksi bakteri TBC di Indonesia.

Pada 2023, jumlah kasus tersebut mencapai 809.000 kasus, menyoroti urgensi penanganan penyakit ini.

Pencapaian ini mengartikan setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354 orang diantaranya yang menderita TBC.

2. Tingginya Tingkat Kematian

Dari total kasus TBC di Indonesia, sekitar 93 ribu pasien meninggal setiap tahunnya, setara dengan 11 kematian per jam.

Berdasarkan Global TB Report  2022 jumlah kasus TBC terbanyak di dunia pada kelompok usia produktif terutama pada usia 25 sampai 34 tahun.

Di Indonesia jumlah kasus TBC terbanyak yaitu pada kelompok usia produktif terutama pada usia 45 sampai 54 tahun.

3. Indonesia Salah Satu Penyumbang Terbesar TBC di Dunia

Indonesia menduduki peringkat kedelapan sebagai negara penyumbang TBC terbanyak di dunia pada tahun 2020, diikuti Cina, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan.

Dengan angka ini, Indonesia menyumbang sekitar dua pertiga dari total 86 persen kasus baru di antara 30 negara dengan beban tuberkulosis tinggi.

4. Kerjasama dengan UAE

Pada November 2022, Indonesia menjalin kerjasama dengan Uni Emirat Arab (UAE) untuk pengendalian TBC di tanah air.

UAE menyatakan komitmennya dengan memberikan hibah sebesar 10 juta USD untuk mendukung program pencegahan tuberkulosis di Indonesia.

Langkah ini yang diharapkan dapat memperkuat upaya pemberantasan penyakit ini.

Dikutip dari dinkes.acehprov.go.id, UAE melalui Nota Diplomatik Kedubes PEA di Jakarta No. 1/3/19-281 menyampaikan komitmen Pemerintah Uni Emirat Arab.

Yakni komitmen untuk memberikan hibah berupa Financial Aid sebesar 10 juta USD guna mendukung program pencegahan tuberkulosis di Indonesia.

5. Tingginya Kasus TBC Paru

Sebanyak 91 persen dari total kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru, seperti dikutip  dari sehatnegeriku.kemkes.go.id.

Hal ini menjadi ancaman serius karena berpotensi menularkan kepada orang sehat di sekitarnya.

Penemuan kasus dan pengobatan TBC yang intensif telah dilakukan di beberapa daerah di Pulau Jawa, diantaranya adalah Banten, DKI Jakarta. Termasuk di daerah lainnya di luar pulai Jawa, seperti Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.

Sementara daerah dengan kasus TBC paling banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

6. Jejak Sejarah TBC di Indonesia

Seperti dikutip dari tbindonesia.or.id, catatan tertua mengenai TBC di Indonesia ditemukan pada relief Candi Borobudur, menandai keberadaan penyakit ini sejak abad ke-8 Masehi.

Selain itu, sejak zaman Hindia Belanda, ada beberapa catatan terkait kegiatan TBC, yaitu: Perkumpulan Centrale Vereniging Voor Tuberculose Bestrijding (CVT) dibentuk pada 1908 dan 1939, CVT didirikan 15 sanatorium untuk perawatan pasien TBC paru dan 20 consultatiebureau yang memberi penyuluhan dan pengobatan.

TBC tetap menjadi tantangan serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Melalui kerjasama antarnegara, upaya pencegahan, pengobatan, dan edukasi, diharapkan dapat mengurangi beban penyakit ini dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang TBC dan upaya yang terus menerus, kita bisa melangkah menuju masa depan yang bebas dari ancaman penyakit ini.