Mengenang Negara Tidak Hadir, Saat Indonesia Mimpi Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022

Saat Indonesia Mimpi Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022 (Foto : Istimewa)

Antv – Qatar menjadi tuan rumah piala dunia hasil kampanye bidding World Cup 2018 dan 2022 di Afrika Selatan pada tahun 2009. Bersamaan dengan Indonesia yang saat itu juga mencoba peruntungan ikutan bidding, namun tak didukung pemerintah dan akhirnya dicoret sebagai peserta oleh FIFA.

Alasan pemerintah Indonesia tak mendukung kepada FIFA adalah karena masih ingin fokus membangun rakyatnya dibidang yang lain. Belum pada urusan menjadi tuan rumah piala dunia yang butuh modal besar dan megah dalam penyelenggaraannya.

Catatan lain, saat itu PSSI dipimpin oleh Nurdin Halid, yang kepemimpinanya sedang menghadapi krisis kepercayaan karena masalah hukum yang dihadapinya. Hingga membuatnya tidak populer di mata pemerintah dan publik sepak bola nasional.

Masyarakat saat itu menilai PSSI dan Nurdin Halid bermimpi. Menjadi tuan rumah piala dunia bagi Indonesia dianggap masih “jauh panggang dari api”.

Sindiran itu membuat Nurdin yang dikenal sebagai pribadi yang percaya diri, menanggapinya dengan ucapan, “Jadikanlah mimpi sebagai rencana. Jadikan rencana sebagai kenyataan”.

Kata-kata itu penulis ingat. Disampaikan Nurdin di ruang kerja PSSI, saat meminta penulis untuk menyiapkan sebuah video presentasi kampanye bidding dengan thema “Green World Cup Indonesia 2022”.

Walau tak mendapat dukungan, PSSI tetap mempunyai kesempatan hadir di acara Bidding Country Media Expo World Cup 2018 – 2022 di Cape Town, Afrika Selatan, yang di selenggarakan oleh FIFA pada tanggal 4-5 Desember 2009. Sebuah acara exposure negara-negara calon peserta penawar tuan rumah piala dunia 2018 dan 2022 kepada perwakilan federasi anggota FIFA dan media masa ternama negara-negara anggota FIFA.

Dalam acara itu banyak pengunjung acara dari berbagai negara sepak bola yang surprise dengan kehadiran dan kenekatan Indonesia mencalonkan diri sebagai tuan rumah piala dunia.

Penulis merasakan itu semua, karena hadir di sana sebagai bagian dari tim delegasi bidding perwakilan media. Bersama Ir Timmy Setiawan (Deputy Sekjen PSSI Bidang Sarana & Prasarana), Yosef Tor Tulis (Direktur Media PSSI), Asep Saputra (Manajer Media PSSI) serta perwakilan media; Ian Situmorang (Tabloid BOLA), Muhammad Bakir (Kompas), dan saya,Yusuf Ibrahim (ANTV).

 

Saat Indonesia Mimpi Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022. (Foto: Istimewa)

 

Dalam hati mereka yang sempat menyimak video presentasi Indonesia dan mengunjungi booth pamerannya, mungkin kalau disimpulkan berkata begini, “Ini negara nekat, tapi gue salut sama mimpi dan semangatnya”.

Kenekatan PSSI, selain prestasi dan kesiapan infrastruktur yang diributkan orang, terlihat dari tampilan booth dan souvener-nya yang tidak berkelas Internasional. Tidak memilik dan meng-hired duta pemain atau sosok yang dibanggakan di kancah sepak bola global.

Sementara peserta lain, luar biasa persiapan dan yang mengawal kampanyenya. Rata-rata punya duta.

Qatar menyewa beberapa pemain top eropa dan Zenedine Zidane sebagai dutanya. Australia menjadikan Nicole Kidman yang tampil mempresentasikan negaranya. Nah, Indonesia? Saat itu memang memprihatinkan.

Video presentasi Indonesia banyak menyajikan kekayaan dan keindahan alam, panorama obyek wisata, keramah-tamahan penduduknya dan sukses pembangunan.

Video sukses membina dan membangun sepakbola juga banyak. Tapi terasa garing, karena dibagus-bagusin sebagus apapun footages dan editingnya, tetap saja prestasi dan kondisinya belum bisa dibanggakan untuk skala sepakbola internasional sekelas FIFA. Namun yang terbaiklah yang disajikan.

Acara pameran presentasi kesiapan itu banyak dihadiri petinggi federasi anggota FIFA, begawan jurnalis sepakbola dunia dari eropa dan amerika latin, serta pemain bintang sepakbola kenamaan yang menjadi duta kampanye negaranya yang mencalonkan diri jadi tuan rumah. David Beckham, Luis Figo, Rudd Gullit adalah diantara bintang yang hadir.

“Green World Cup adalah sebuah thema yang brilian. Apa lagi yang menarik dari negara Anda dalam urusan sepak bola? Kami belum banyak mendengar.”

Itu adalah salah satu pertanyaan kepada penulis dari seorang jurnalis tua dari Argentina. Sebuah pertanyaan keterkejutan yang butuh jawaban diplomatis bernuansa kejutan juga. Mengingat prestasi di sepak bola Indonesia masih sangatlah minim untuk skala global.

“Terima kasih atas pujian Anda tentang Green World Cup. Kami adalah negara tropis yang memiliki banyak hutan-hutan hijau. Mungkin sehijau prestasi kami di sepakbola. Tapi Indonesia adalah negara gila bola seperti negara Anda. Kami sangat mengenal negara Anda, Argentina, lewat Maradona, Mario Kempes dan Cesar Luis Menotti. Datanglah meliput ke Indonesia untuk mengetahui siapa kami terhadap sepak bola.” Itu jawaban saya di boot pameran Indonesia kepada jurnalis tua Argentina itu. Sayang, penulis lupa namanya.

Peserta bidding tuan rumah piala dunia saat itu adalah Rusia, Spanyol-Portugal, Belanda-Belgia, dan Inggris untuk piala dunia 2018 yang akhirnya dimenangkan oleh Rusia.

Sementara untuk piala dunia 2022, yang akhirnya dimenangkan oleh Qatar, pesertanya adalah Amerika Serikat, Jepang, Korea, Qatar dan Australia. Dua negara peserta lainnya, Indonesia dan Mexico, dicoret sebelum pemungutan suara dilakukan.

Pengalaman terlibat menjadi bagian tim delegasi bidding piala dunia Indonesia di atas, sangatlah berkesan bagi penulis, walau tak mendapat dukungan pemerintah. Rasanya, “Oh, begini rasanya berniat punya urusan untuk negara, tetapi negara tak hadir. Baiklah!”

Sedih tapi berkesan. Apapun sebabnya. Semoga untuk niat Indonesia mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034 wujud. Lancar. Mulus dan didukung oleh siapapun. Termasuk dukungan prestasi dan infrastruktur sepak bolanya.

Semangaaat. Siapin dari sekarang, Bosskuh… Jangan ribut melulu.

Yusuf Ibrahim – Wapemred ANTV