Gongso Kambing mungkin hanya populer di Semarang, Jawa Tengah. Kuliner khas Semarangan ini bisa Anda cicipi di Warung Mbak Tun yang mblusuk di belakang Pasar Babadan, Ungaran, Kabupaten Semarang.
Jika Anda dan keluarga sedang berada di Ungaran, Kabupaten Semarang, mampirlah ke warung sate kambing legendaris ini. Namanya Warung Mbak Tun.
Lokasinya agak nyempil di belakang Pasar Babadan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Namun pembelinya bejibun. Bahkan ada yang rela antre menunggu kursi kosong.
[caption id="attachment_388971" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Disebut legendaris karena warung tersebut selain sudah buka sejak tahun 1970 dan sekarang sudah masuk generasi ketiga, juga jadi langganan tokoh-tokoh top.
Yang khas lagi, jadwal bukanya tetap mempertahankan tradisi lama. Yaitu sesuai hari pasaran Wage dan Legi dalam kalender Jawa. Itu karena warung ini buka pertama kali juga bareng sama jadwal Pasar Kambing Babadan yang juga buka Wage-Legi. Ini berlangsung sampai sekarang.
"Ya kita neruskan sejarah saja, orang tua kita dulu bukanya pertama ya di pasar kambing yang Wage-Legi. Di luar hari itu, kita melayani pesanan antar dan katering," kata Lilik Hanifah, generasi penerus Warung Sate Kambing Mbak Tun.
[caption id="attachment_388972" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Apa yang istimewa di warung sate ini?
Meski disebut warung sate, namun menunya tidak melulu sate. Di warung Mbak Tun ada olahan tongseng, gule, tengkleng, gecok, krengseng, gongso, ungkep, sop, pepes, dan nasi goreng kambing. Tiap masakan pun bisa pilih bagian kambing mana yang dimasak. Daging, jeroan, sunsum, kaki, kepala, atau iga.
[caption id="attachment_388973" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Kali ini saya pesan gongso kepala kambing, menu yang belum pernah tercicip sebelumnya. Dari tampilannya seperti menggiurkan. Gongso itu olahan khas Semarang. Bumbu dasarnya bawang cabe, merica, dan kecap manis. Di warung Mbak Tun ditambahi sedikit kuah gule untuk meraih taste khas kambingnya.
Bagian kepala kambing sudah direbus lama hingga empuk bersama kuah rempah. Saya pesan yang bagian pipi dan kaki. Itu yang paling empuk dan mengkel kalau orang sini bilang. Lima belas menit pesanan sudah dikirim ke mobil. Saya sengaja minta dibungkus karena di dalam warung penuh. Hindari kerumunan itu lebih baik.
[caption id="attachment_388974" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Begitu saya buka di rumah, aroma gongso kepala kambing begitu menggoda. Harum bawang bercampur kecap manis khas bumbu gongsonya memang kuat. Tampilan kepala kambingnya juga berkilat terlumuri bumbu gongso yang kental kecoklatan. Dan rasanya, amboi. Pedas manis asin gurih teramu dalam sepiring gongso kambing. Beda, sangat beda dengan menu kambing umumnya seperti sate atau gule.
[caption id="attachment_388970" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Pipi kepala kambing juga empuk. Nggak perlu ngotot menggigit dan mengunyahnya. Bumbu kuahnya saya buat untuk melumuri nasi juga. Wis, kayak nasi goreng jadinya.
Seporsi gongso kepala kambing yang bikin goyang lidah ini bisa ditebus dengan Rp35 ribu saja.
Teguh Joko Sutrisno | Ungaran, Jawa Tengah