Menteri PUPR Blak-Blakan Soal Pembangunan Infrastruktur

bendungan (Foto : )

Dalam wawancara khusus di kantor Kementerian PUPR di Jakarta baru-baru ini, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menegaskan, ada tiga ketahanan nasional yang harus ditingkatkan.

Pertama ketahanan pangan, kedua ketahanan energi dan ketiga ketahanan tentang air. Infrastruktur sumber daya air (SDA) inilah yang menjadi salah satu prioritas penting pembangunan.

Menurut Basuki, sebagai negara tropis, Indonesia memiliki sumber daya air yang besar sekali. Potensi dari air hujan mencapai 2,7 triliun meter kubik per tahun, namun tidak semua daerah memiliki curah hujan sama, sehingga membutuhkan penampungan air seperti bendungan di berbagai daerah.

Bendungan Belum Cukup Suplai Air “Penduduk kita kebanyakan petani. Lahan pertanian kita kurang lebih ada 7,3 juta hektar. Irigasi yang menyuplai lahan pertanian dari air bendungan itu hanya 11 persennya saja.

Jadi tidak sampai satu juta hektar,” kata Basuki. “Dengan bendungan, kebutuhan air untuk irigasi dapat diatur sehingga pola tanamnya juga dapat diatur,” tambahnya.

Karena itu, pemerintah giat membangun banyak bendungan, dan saat awal  pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Indonesia memiliki 16 bendungan yang sudah dikerjakan sebelumnya, kini pemerintah sudah membangun 49 bendungan lagi di berbagai daerah.

Hingga tahun ini, total biaya yang dialokasikan untuk pembangunann bendungan sudah mencapai Rp 60,65 triliun. Kementerian PUPR menargetkan pada 2019, akan diselesaikan 15 bendungan, dan diproyeksikan  pada 2022, pembangunan 65 bendungan akan selesai.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono tekankan pentingnya pembangunan infrastruktur. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengakui bahwa, pada awal pemerintahan, pembebasan lahan dan kurangnya tenaga ahli bendungan, sempat menjadi masalah, namun semua dapat diselesaikan seiring berjalannya waktu.

Menurut Basuki, pihaknya melatih tenaga ahli bendungan selama 3 bulan, meliputi perencana, pelaksana dan pengawas bendungan. Basuki : Negara Maju Mana pun Pertama Bangun Infrastruktur Basuki menepis persepsi sebagian kalangan yang menilai kurang pentingnya pembangunan infrastruktur.

“Negara maju mana pun, yang dibangun pertama pasti infrastruktur. Manfaatnya tidak mungkin instan.” Ujar Basuki. Basuki mencontohkan Jalan Tol Jagorawi saat pertama kali beroperasi tahun 70 an juga awalnya sepi, namun kini sudah  macet.

Kondisi serupa juga terjadi di Tol Cipali dan Purbaleunyi, Tidak lebih dari 5 tahun sekarang sudah penuh karena memang terlambat (dibangun). | Chairul Achir - Cendono Mulian - Ahmad Junaedi | Jakarta