Virtual Tour, Adaptasi Baru Pariwisata di Daerah di Masa Pandemi COVID-19

Virtual Tour, Adaptasi Baru Pariwisata di Daerah di Masa Pandemi COVID-19 (Foto Kayangana Tour)
Virtual Tour, Adaptasi Baru Pariwisata di Daerah di Masa Pandemi COVID-19 (Foto Kayangana Tour) (Foto : )
Virtual tour bisa menjadi solusi saat beberapa obyek wisata sudah mulai dibuka. Tetapi aktivitas pariwisata tidak secara langsung hidup kembali, karena jumlah kunjungan masih tergolong sangat terbatas.
Pemerintah daerah memiliki peran penting untuk melaksanakan pariwisata yang aman dengan berinovasi, terutama pada daerah dengan status zona hijau.Virtual tour merupakan salah satu cara yang saat ini ditempuh agar pariwisata daerah tetap dapat hidup di tengah pandemi. Pemandu pemandu wisata dari 34 provinsi sudah dilatih secara gratis untuk mendukung upaya virtual tour ini.Pariwisata adalah satu sektor yang terdampak sangat signifikan akibat pandemi COVID-19. Pemerintah daerah berupaya untuk memulihkan industri pariwisata agar pertumbuhan ekonomi daerah tetap berjalan."Mengetahui kebutuhan pemerintah daerah dan mempertemukan pemerintah daerah dengan penyedia pariwisata tentang peluang kerjasama kedua pihak, dapat menjadi solusi untuk memajukan sektor pariwisata di daerah di tengah situasi pandemi COVID-19 ini," ujar Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC, Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi.“Peran pemda untuk menyediakan informasi kepada masyarakat sangat penting sekali, dan dengan adanya virtual tour, maka setelah pandemi COVID-19 berakhir wisatawan akan dapat segera berkunjung ke daerah wisata,” lanjutnya.Menurutnya, sejak dimulainya era Adaptasi Kebiasaan Baru, pemerintah berupaya untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata dengan cara membuka obyek wisata secara bertahap.LOCALISE SDG’s, sebuah program kolaboratif UCLG ASPAC - APEKSI yang didanai oleh Uni Eropa membantu pemerintah daerah Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dalam upaya pemulihkan sektor pariwisata melalui berbagai kegiatan.Dalam salah satu virtual event yang dilakukan, telah mengungkapkan praktik baik yang menarik dalam mempromosikan destinasi wisata melalui virtual tour ini.“Melalui berbagai kegiatan virtual event telah mengungkapkan praktik baik yang menarik dalam mempromosikan destinasi wisata di masa Adaptasi Kebiasaan Baru ini, dengan tetap memastikan terlaksananya upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau TPB,” katanya lebih lanjut.Reza Permadi selaku COO dan Co-Founder Atourin mengatakan, inovasi virtual tourism sebagai salah satu solusi un-tuk membantu pemandu wisata yang tidak dapat bekerja selama pandemi COVID-19. Virtual tour juga dapat mem-berikan informasi terkait lokasi wisata di daerah.“Solusi yang kami lakukan selama pandemi dengan menyelenggarakan acara yang serba virtual, baik itu melalui vir-tual tour dan virtual event. Kami mulai mengajak mitra pemandu wisata di 34 provinsi dan melakukan pelatihan bagi para pemandu wisata secara gratis. Sudah 433 pemandu wisata yang mengikuti pelatihan ini.” jelasnya.Atourin membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak seputar pelatihan virtual tour, seperti dengan Ke-menparekraf, Bakti Kominfo dan National Geographic Indonesia dengan pembuatan dokumentasi interaktif virtual tour.Namun, ini bukan termasuk substitusi kegiatan wisata fisik, melainkan sebagai wadah informasi yang tepat bagi wisatawan sebelum mengunjungi lokasi di kemudian hari.“Untuk setiap kegiatan virtual tour, kami mendorong wisatawan untuk bisa langsung datang aktual ke sana dengan menghubungi pemandunya.” ucapnya.Antusiasme tentang virtual tour juga dipaparkan oleh Wisata Kreatif Jakarta, sebuah tour operator berbasis komuni-tas, sebagai upaya untuk dapat bertahan di kondisi pandemi tanpa bergantung pada bantuan pemerintah.“Jika bi-asanya hanya terbatas di Jakarta dan sekitarnya, melalui vitual tour kami dapat membuat rute keliling Indonesia, bahkan ke luar negeri. Kami menjadi tidak terbatas sama sekali dengan dunia maya ini.” ujar Ira Lathief selaku Founder dari Wisata Kreatif Jakarta.Ira juga mengatakan bahwa storytelling yang baik adalah aspek yang dapat di-manfaatkan para pemandu untuk menarik perhatian wisatawan.“Budaya merupakan unsur penting yang dapat di-tunjukkan dengan bantuan foto dan video. Banyak format wisata virtual yang dapat dilakukan oleh penyedia jasa pariwisata. Meskipun begitu, kami tetap melakukannya dengan memandu dari rumah atau off-site.” jelasnya.Berikutnya, PT. KA Wisata, sebagai anak Perusahaan Kereta Api Indonesia (PT KA Indonesia), menyatakan bahwa mereka memandang pariwisata digital sebagai sarana untuk mempromosikan paket aset-aset wisata dengan meng-gabungkannya dengan metode marketing 5.0.Inovasi ini dilakukan akibat target dan pendapatan yang turun secara drastis selama pandemi COVID-19.“(Kami) meluncurkan virtual tour yang dimulai dari Lawang Sewu, dan Museum Kereta Api Ambawara yang berada di bawah naungan KAI.” ujar Otnial Eko P. selaku Manajer Tour and MICE PT Kereta Api Pariwisata.Dengan teknis live streaming dan diskusi, peserta tour hadir secara real-time di lokasi dan studio KAP untuk menjawab pertanyaan, dan PT KA Wisata mengajak para pemandu wisata di Indonesia untuk bergabung. Lalu, penggabungan marketing 5.0 juga dilakukan.“Sehingga wisatawan juga dapat membeli oleh-oleh khas daerah tersebut dan akan langsung dikirimkan ke peserta,” katanya.Pada akhirnya, PT KA Indonesia membuka kesempatan untuk bekolaborasi dengan daerah untuk mengangkat obyek wisata di daerah tersebut melalui kerjasama dengan media online dan offline dan lain-lainnya. “Kami berencana untuk menggabungkan virtual tour dengan paket offline, dengan standar protokol COVID-19 ten-tunya.” pungkasnya.