Ratu Kidul Ingin Jadi Manusia, Mistisme Spiritual Diponegoro

Ratu Kidul Ingin Jadi Manusia, Mistisme Spiritual Diponegoro
Ratu Kidul Ingin Jadi Manusia, Mistisme Spiritual Diponegoro (Foto : )

Ada kuasa ramalan yang menentukan tujuan manusia dan apa yang akan terjadi. Begitulah tulis sejarawan Universitas Oxford, Peter Carey. Dalam bukunya, Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855) ia menulis bahwa ramalan telah menggerakkan Diponegoro menjadi bagian identitas dirinya sebagai Ratu Adil.

Takdir memang menoreh kisah, Diponegoro mengubah tatanan lama Jawa. Namun yang menarik untuk ditutur adalah perjalanan mistiknya sebagai Ratu Adil. Buku koleksi karya Peter Carey, Ramalan & Babad Diponegoro

Pengembaraan Mistis

Semua ini bermula ketika Bendoro Raden Mas Ontowiryo berusia 20 tahun, saat itu sekira bulan April 1805. Ia mengembara dari Tegalrejo ke Pantai Selatan Jawa yang dianggap keramat. Dalam persiapan berziarah ke Pantai Selatan, ia melakukan serangkaian kunjungan ke masjid-masjid dan pesantren-pesantren di daerah Jogja.

Nama BRM Ontowiryo diubah menjadi Ngabdurrahim agar tak dikenali orang. Dari sinilah perjalanan spiritual Diponegoro dimulai. Tirakat, menyepi maupun tapa meditasi dilakoninya di banyak tempat suci yang dikeramatkan serta terkait dengan mistisme dinasti Mataram Islam.

Diponegoro berhasrat menjadi pemimpin besar seperti leluhurnya, Sultan Agung Hanyokrokusumo. Vibrasi hasratnya ini direspons semesta. Pengembaraan berhenti sejenak di Goa Siluman, kemudian menghabiskan dua malam di Goa Sigologolo, di tepi kiri Kali Opak di Kecamatan Gamelan, Gunung Kidul.

Goa Siluman dan Goa Sigologolo berkaitan dengan dua tradisi spiritual Jawa dan sering dikunjungi para bangsawan keraton untuk bersemedi maupun menyepi. Goa Siluman disebut-sebut bagian dari Keraton Lelembut yang diperintah Sang Dewi Pantai Selatan, Ratu Kidul.