Nikmatnya Organ Reproduksi Ayam Pada Setusuk Sate Uritan

Sate2
Sate2 (Foto : )
Kalau ditanya kuliner apa yang paling populer? Sulit dibantah, sate salah satunya. Dan kalau ditanya lagi makanan apa yang paling banyak jenisnya? Ya sate juga. Coba sebutkan. Ada sate Madura, sate Padang, Sate Suruh, Sate Maranggi, Ponorogo, Sate Blora, dan lain-lain. Belum lagi dari bahan baku. Ada sate kambing, sate ayam, sate sapi, sate kerbau, sate kelinci, sate bebek, sate blengur, dan masih ada sederet yang boleh kalian isi sendiri.
Nah, sate yang ingin saya ceritakan ini sedikit beda dari sate pada umumnya. Terutama bahannya. Masih dari ayam juga sebenarnya, tapi yang dipakai adalah organ reproduksinya. Ada telur muda beserta saluran untuk lewat telur sampai ujung keluarnya. Kalau di Jawa2 Tengah ini disebut dengan uritan.Kalau ingin menikmati sate uritan, datang saja ke Jalan Gajah Mada Semarang. Tepatnya di bagian paling ujung utara dekat lampu merah. Di sini ada sederetan warung sate yang spesial meracik uritan. Paling tidak ada sepuluhan penjualnya.Penataan sate uritan sangat mencolok dan menggoda. Sehingga muncul selera untuk mencobanya. Terutama telur muda yang berwarna kuning tua yang ditusuk bersama saluran reproduksi ayam lainnya. Kalau sudah dibakar, wah kuning telur mudanya bisa "mlekok" alias merekah begitu, terisi bumbu kuah dan meresap sampai ke dalam.Warung sate di jalan Gajahmada Semarang ini memang istimewa. Semua bagian ayam dibuat sate. Selain uritan ada sate daging, sate kulit, sate ampela, sate usus, dan sate brutu. Tapi yang paling beda dan jarang ditemui di daerah lain ya uritan itu tadi.[caption id="attachment_344654" align="alignnone" width="900"] Nikmatnya Organ Reproduksi Ayam Pada Setusuk Sate Uritan Nikmatnya Organ Reproduksi Ayam Pada Setusuk Sate Uritan (Foto: ANTV/Joko)[/caption]Khusus sate uritan karena sifatnya yang liat, harus direbus dulu sampai empuk, baru kemudian ditusuk jadi sate. Jadi saat ditata begini sebenarnya sudah bisa dimakan. Tapi akan lebih mantap lagi jika dibumbui dulu dan dibakar.Salah satu warung yang populer adalah warung sate Haji Hasan. Menurut salah satu penerusnya, warung di jalan Gajah Mada sudah ada sejak tahun 1955. Awalnya dulu, lokasi ini tempat ngetem setelah berkeliling. Lama-lama banyak yang beli ya sekalian buka warung."Dulu masih satu dua saja, lalu banyak yang ngikut jualan sate, sampai duapuluhan waktu masa jayanya. Sekarang sebagian ada yang pindah ke lokasi lainnya karena terlalu banyak juga yang jualan di sini," kata Hasan Putra, penerus warung sate uritan.Meski yang jualan banyak dan saling berdekatan, bagi para pedagang sate bukan masalah. Karena pembelinya juga banyak. Dan masing-masing juga punya pelanggan."Orang-orang sekitar sini saja sih pelangganya, tapi kalau akhir pekan, antara malam Sabtu sampai malam Minggu pembelinya banyak yang dari luar kota," lanjutnya.Tak seperti sate lainnya, khusus uritan ini tak perlu dibakar lama-lama. Kalau sudah kecoklatan tinggal ditambahi bumbu kacang dan kecap, lalu dibakar sekali lagi agar telurnya lebih merekah."Bumbunya sama dengan sate yang lain, saus kacang yang dicampur kecap. Dan kecapnya juga merk khusus buatan Semarang, lebih berasa manis dan gurih," tambahnya sambil menuang kecap ke bumbu kacang.Sate uritan yang sudah matang biasanya dihidangkan terpisah. Ada yang disantap bersama lontong, tapi yang paling sering dimakan langsung saja seperti kudapan."Enak digado begini ya, berasa sekali nikmatinya, ya teksturnya, ya rasanya. Kalau pakai lontong lebih pas yang sate biasa," kata Vita, pelanggan asal Semarang.Sate uritan tidak dijual porsian seperti sate lainnya. Tapi dijual per tusuk yang harganya saat ini lima ribu rupiah.Kalau kalian mau coba, harap diingat, warung sate uritan di jalan Gajah Mada Semarang buka dari jam lima sore sampai malam. Teguh Joko Sutrisno | Semarang, Jawa Tengah