Miras Tjap Tikoes, Air Surga untuk Ritual Religi-Kultural?

Miras Tjap Tikoes, Air Surga untuk Ritual Religi-Kultural?
Miras Tjap Tikoes, Air Surga untuk Ritual Religi-Kultural? (Foto : )
Pada mulanya, miras bening nan legendaris ini dilabel Tjap Tikoes. Dikonsumsi untuk bersenang-senang saat pesta. Pun digunakan sebagai pelengkap ritual agama maupun budaya.
 
Tjap Tikoes atau kini dilabel Cap Tikus dalah minuman keras yang dibuat dari sadapan air nira atau sagoweer/saguer dalam bahasa lokal Minahasa. Sadapan nira ini disuling hingga menghasilkan cairan mengandung alkohol. Minuman keras ini popular sejak 1920-1930-an.Bagi masyarakat tradisional Minahasa, miras cap tikus adalah produk pengetahuan dan teknologi tradisional. Menjadi bagian terpenting dalam ritual adat. Ekspresi budaya tradisional orang Minahasa.Albertus Christiaan Kruijt dalam bukunya Het animisme in den Indischen archipel (1906) menyebutkan, minuman (saguer) dipasangkan dengan sirih-pinang dan tembakau sebagai pelengkap gelaran ritual adat. Menjadi unsur penting dalam hampir semua ritual adat agama tua Minahasa yang dipimpin seorang walian/dukun adat/ imam.Namun kini, ritual-ritual adat tua di Minahasa tidak lagi dominan dibandingkan ibadah-ibadah Kristen. Gereja terbesar di Tanah Minahasa adalah Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yang anggotanya berjumlah kurang lebih 789.000 jiwa. Banyak anggota gereja ini berprofesi sebagai pengrajin cap tikus.[caption id="attachment_236322" align="alignnone" width="882"] Miras Tjap Tikoes, Air Surga untuk Ritual Religi-Kultural? Alex Sius Rabung (53) sedang menata kayu bakar untuk melakuan proses pembuatan "Cap Tikus" secara tradisional di Desa Rumengkor, Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. (Indonesia Press. Foto: Imank)[/caption]Wilayah penghasil cap tikus terutama di Minahasa bagian selatan, yaitu Motoling dan sekitarnya, wilayah Tareran dan beberapa desa di Langowan.