Meraup Dollar dari Limbah Ban Dalam Truk Ala Anak Muda Salatiga

collage ban dalam
collage ban dalam (Foto : )
Limbah ban dalam truk ternyata bisa mendatangkan keuntungan. Ditangan sekelompok anak muda di Salatiga ini dijadikan kerajinan unik dan bisa meraup dollar.
Ban truk dibuang sayang. Pepatah ini rupanya menginspirasi sekelompok pemuda di Kota Salatiga Jawa Tengah. Lama bergabung sebagai aktivis lingkungan, kini mereka sukses memanfaatkan ban truk bekas jadi kerajinan unik, menarik, eksklusif, dan tentu saja mahal.Namanya Sapu Uncycle. Dikomando oleh Sindu Prasastyo (35) warga asli Salatiga. Mereka mengumpulkan ban truk bekas dari tukang tambal ban serta bengkel perusahaan truk yang membuang atau menjual ban truk bekas dengan harga murah.Tapi tunggu dulu. Ban truk bekas yang mereka pakai bukan ban luar yang biasa dibikin orang jadi sandal atau meja kursi. Tapi ban dalam truk yang tipis dan lentur.[caption id="attachment_349478" align="alignnone" width="900"]
Ban daleman truk bekas. (ANTV/Teguh Joko Sutrisno)[/caption]Sesuai karakter karetnya, maka ban dalam dibuat jadi kerajinan yang lebih fleksibel sehingga modelnya pun lebih banyak dan variatif.Lalu mengapa dipilihnya ban dalam?"Waktu itu kan belum ada yang bikin seperti ini, kalau ban luar kan sudah banyak, lalu mengapa tidak? Cari selah istilahnya, dan saat pertamanya kita juga bingung mau dibikin apa ini," kata Sindu memulai ceritanya.Sindu kemudian mengamati lebih detil ban dalam truk tersebut. Dan ternyata ada ornamen atau ukiran di permukaan ban yang unik."Jadi ban dalam truk itu kan dipakai bertahun-tahun, dipompa kencang, ikut berputar dan tertekan dengan temperatur udara di dalamya yang panas. Lama-lama kan seperti di-pres begitu, dan karena menempel pada ban luar yang kasar dan berpola maka terbentuk jadi kayak motif ukiran," terangnya.Di sebuah rumah di Desa Tetep Gambir, Salatiga, Jawa Tengah, Sindu dan anak buahnya melakukan kerja kreatif. Ada beberapa ruang kerja sesuai tugas masing-masing. Tapi hanya disekat kayu semi terbuka.Menurut Sindu, dari segi bahan baku memang murah. Ia bisa mendapatkan dari bengkel tambal ban. Tapi untuk memprosesnya jadi bahan siap jahit harus diproses dulu. Dari pembersihan, peminyakan, penggosokan, hingga pemotongan. Dan itu butuh biaya yang lumayan."Tidak semua bahan ban bisa dipakai, ada beberapa bagian yang bekas tambalan harus dibuang. Juga bagian melengkung disisihkan, karena yang kita pakai bahan karet ban yang lurus dan punya relief," jelas Sindu.[caption id="attachment_349479" align="alignnone" width="900"] Perajin sedang merakit ban dalam truk jadi kerajinan. (ANTV/Teguh Joko Sutrisno)[/caption]Setelah bahan siap, lalu dipotong berdasarkan pola yang dibuat. Misal membuat dompet, diambil bagian yang banyak relief dan agak tipis. Kalau untuk tas diambil yang agak tebal. Sementara untuk produk pernak-pernik seperti gantungan kunci dan lain-lain diambil dari sisa potongan yang lain."Motongnya pakai alat pres, jadi bisa langsung banyak, nanti antar potongan disatukan dengan lem atau dijahit dan dikombinasikan dengan bahan lain seperti kain pelapis dan pembatas. Tapi ada juga yang semuanya murni dari ban dalam," terangnya.Hasil produk sangat beragam. Dari dompet saku hingga dompet panjang, tak selempang, tas laptop, gelang, kalung, gantungan kunci, serta ransel yang dikombinasi bahan bekas tenda militer.[caption id="attachment_349480" align="alignnone" width="900"]