Mbah Moen, Kiai Kita

Mbah Moen, kiai kita
Mbah Moen, kiai kita (Foto : )
Mbah Moen, kiai kita, meski kita tak dikenal Mbah Moen. Tak pernah dijumpai dan menjumpainya. Kita orang awam. Kita hanya tau sosoknya dari media massa. Tapi, sadarkah kita bahwa selama hidup, doanya tak henti buat kita.
newsplus.antvklik.com
  - Mbah Moen adalah ulama besar. Ulama kharismatik yang dihormati dan disegani hampir oleh semua kalangan di negeri ini. Hari ini beliau wafat di tanah suci, Mekkah. Di sela ibadah hajinya. Sungguh cara dan tempat mati yang didamba banyak ahli ibadah. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.Yang dekat dengannya merintih, yang mengenalnya menangis, yang hanya tahu sosoknya sedih. Dan yang baru tahu siapa Mbah Moen terdiam. Begitulah jika manusia alim, arief dan berilmu wafat. Seolah ada radiasi kesedihan yang dipapar alam.Kesedihan kita beralasan, karena kini doa dari seorang KH Maimoen Zubair untuk kita terputus karena kematiannya. Kita kehilangan berkah doa dari seorang ulama besar untuk keselamatan rakyat, bangsa dan negara ini.Di dalam banyak literatur dan kitab klasik para awliya, sering disebutkan bahwa para ulama, jika berdoa layaknya para rosul, nabi dan waliullah. Mereka sangat-sangat tidak egois. Siapa pun didoakan. Kapan dan dimanapun lisannya terjaga. Demi memohon keselamatan umatnya, keseimbangan semesta, disela puja-puji kepada Yang Maha Perkasa dan Bijaksana.Lisan para penjaga dan penggerak ilmu Allah itu berbeda dengan kita. Lidahnya selalu basah karena dzikrullah. Jarang bersilat, namun sekali dua kali berucap dijadikan pegangan, petuah dan langsung jadi trending topic.

Selalu Terjaga

Itulah yang  dialami KH Maimoen Zubair saat Pilpres 2019. Ucapan, pendapat dan doanya diburu sebagian politikus yang suka memanfaatkan apa kata ulama untuk kekuasaannya.Tapi sebagaimana janji Allah Ta'ala kepada hamba-Nya yang dekat dan selalu mengingat-Nya, integritas Mbah Moen terjaga. Beliau terbebas dari fitnah manakala terpaksa harus bergesekan dengan politik negeri ini.Sinar matahari, angin yang menabuh dedaunan, dan hilir mudik orang siang ini terasa hangat, datar-datar saja dan cenderung tenang. Kata orang tua, jika ada orang besar yang punya pengaruh baik meninggalkan kita memang begitu suasananya.Sekali lagi kita patut sedih. Kembali kita, sang awam kehilangan sang alim. Semoga kearifan, kesederhanaan dan ilmu Mbah Moen selalu menjadi pelajaran dan contoh kita dalam membangun integritas diri.Semoga KH. Maimoen Zubair disambut penghuni langit dengan suka cita sebab istiqomah dan husnul khatimah-nya. Semoga Allah Ta'ala merahmati KH Maimoen Zubair,  kiai kita semua.* ( Yusuf Ibrahim )