Si Malin Kundang, Anak Durhaka Dari Negeri Urang Awak

Si Malin Kundang, Anak Durhaka Dari Negeri Urang Awak
Si Malin Kundang, Anak Durhaka Dari Negeri Urang Awak (Foto : )

antvklik - Pantai Air Manis terletak 10 km dari pusat Kota Padang, Sumatera Barat sehingga hanya butuh waktu sekitar 10 menit menjangkau tempat ini.  Sepanjang jalan menuju Pantai Air Manis anda akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan.

Air Manis atau disebut 'Aia Manih' dalam bahasa minang, adalah pantai dengan garis pantai yang lebar, kontur yang landai dan berpasir cokelat keputihan. Pantai ini dikenal dengan ombaknya yang kecil serta memiliki panorama yang indah di sisi utaranya.

Di ujung utara pantai ini kita bisa melihat gundukan Gunung Padang dari kejauhan. Nampak pula dua pulau kecil yaitu Pulau Pisangan Kecil (Pisangan Ketek) dan Pisangan Besar (Pisangan Gadang) yang berjarak tak seberapa jauh dari pantai. Kalau air surut anda bisa menjangkau pulau Pisangan Kecil hanya dengan berjalan kaki. Sebaiknya anda datang saat siang hari ketika air sedang surut.

Sore hari air akan kembali naik hingga anda akan kesulitan menjangkau Pisangan Kecil. Meskipun jarak Pantai Air Manis dan Pulau Pisangan Kecil hanya "sepelemparan batu" namun suasana pantainya jauh berbeda. Di Pisangan kecil anda masih bisa menemui terumbu karang dan pantai yang bersih, berbeda dengan Air Manis.

Capek berjalan , anda dapat menyusuri pantai dengan menyewa ATV seharga Rp100 ribu untuk satu jam. Harga segitu tidaklah mahal karena anda bisa naik motor besar itu secara beramai-ramai. Dikendarai dua orang dewasa dan tiga anak masih aman.

Pantai Air Manis bukanlah pantai terindah di Sumatera Barat namun sering dikunjungi karena legenda yang melekat padanya. Legenda Malin Kundang. Legenda ini mengisahkan kemurkaan orangtua terutama ibu dapat berujung malapetaka bagi anaknya yang durhaka, Malin Kundang.

Malin Kundang digambarkan sebagai seorang perantau sukses lalu kembali ke kampungnya setelah bertahun-tahun merantau. Ia kembali membawa kapalnya yang besar, mengajak istri beserta pelayan-pelayannya. Sesampainya di kampung halaman, Malin Kundang enggan mengakui ibu kandungnya yang miskin bahkan mencacimaki dan mengusirnya.