Batok Kelapa Disulap menjadi Barang Seni yang Banyak Dicari

kerajinan-batok-kelapa-me324a-hl
kerajinan-batok-kelapa-me324a-hl (Foto : )
Dari limbah batok kelapa, Muhaimin menyulap menjadi berbagai macam barang seni yang bisa dijual.
newsplus.antvklik.com -
Bagi sebagian orang mungkin tempurung kelapa atau batok kelapa hanyalah barang yang tidak berguna, kalaupun dimanfaatkan paling hanya  sebatas sebagai arang.Namun bagi Muhaimin, warga Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tempurung kelapa punya nilai ekonomis. Tempurung kelapa dijadikannya berbagai kerajinan, diantaranya hiasan dinding, asbak, celengan dan aneka kerajinan lainnya.Muhaimin yang adalah penyandang difabel mendapatkan tempurung atau batok kelapa dari sekitar rumahnya.”Saya lihat banyak gundukan batok kelapa tidak terpakai dekat-dekat rumah. Ya udah saya ambil dan saya manfaatkan. Bisa bikin macem-macem. Paling sering buat hiasan dinding atau asbak,” kata Muahaimin.Muhaimin membagi dua tempurung yang ia dapat, yang masih utuh dan yang sudah pecah. Batok kelapa tersebut dia bersihkan dari serabut yang masih menempel.“Saya bersihkan batok kelapanya. Serabut-serabut saya bersihkannya pakai gerinda listrik biar lebih halus,” aku Muhaimin.Dari bahan tempurung kelapa yang sudah bersih Muhaimin mulai mengolah menjadi barang-barang yang diinginkan.  Untuk membuat hiasan dinding, Muhaimin menggunakan ornamen tambahan. Agar lebih berwarna dan cantik, Muhaimin menambah warna pada batok-batok buatannya.“Saya cat sesuai kebutuhan. Namun ada juga yang saya biarkan dengan warna asli tempurung. Terlihat lebih tradisional,” jelas Muhaimin.Muhaimin memasarkan batok kelapa hasil karyanya di lokasi wisata dan juga jejaring media sosial. Aneka kerajinan miliknya dijual dari harga Rp10 ribu hingga Rp100 ribu.“Saya jualnya ya gak mahal-mahal. Paling murah cuma sepuluh ribu. Kan bahannya juga sisa batok,” ungkap Muhaimin.Muhaimin terus akan berlari bersama batok kelapanya. Ia tetap bisa berdikari meskipun seorang difabel. Tak banyak yang ia minta dari pemerintah. Ia hanya minta pemerintah lebih perhatian terhadap para penyandang difabel, terutama difabel yang bergerak di bidang kerajinan. Sehingga Muhaimin dan kawan-kawannya mampu berusaha sendiri tanpa bergantung dengan orang lain.Tak ada yang tak bisa, semuanya bisa dilakukan asal ada niat, doa dan kerja keras. Shinta Guswardhani | Tengaran, Kab.Semarang, Jawa Tengah