Ini Alasan Mengapa Nabi Muhammad SAW Hanya Tiga Kali Berjamaah Tarawih

Mengapa Nabi Muhammad SAW Hanya Tiga Kali Berjamaah Tarawih
Mengapa Nabi Muhammad SAW Hanya Tiga Kali Berjamaah Tarawih (Foto : Ilustrasi - Pixabay)

Antv – Bulan suci Ramadan sangat identik dengan sholat Tarawaih yakni sholat sunah yang hanya ada di bulan ini. Lantas mengapa Nabi Muhammad SAW hanya tiga kali berjamaah sholat tarawih di sepanjang hidupnya?

Ada fakta menarik tentang Sholat Tarawih. Apa itu? Rasulullah hanya tiga kali melakukan sholat tarawih berjamaah di sepanjang hayatnya.

Pada suatu malam di bulan Ramadan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam keluar menuju masjid untuk mendirikan Sholat malam. Lalu datanglah beberapa sahabat dan bermakmum di belakang beliau.

Ketika waktu Sholat Subuh tiba, orang-orang berbincang-bincang mengenai hal tersebut.

Keesokan malamnya, jumlah jamaah semakin bertambah. Demikianlah seterusnya hingga tiga malam berturut-turut.

Pada malam keempat, masjid menjadi sesak dan tak mampu menampung jamaah. Namun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tak kunjung keluar dari kamarnya.

Hingga fajar menyingsing, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam baru keluar untuk menunaikan Sholat Subuh.

Selepas itu beliau berkhutbah, “Saya telah mengetahui kejadian semalam. Kalian menunggu-nunggu saya. Saya tidak berjamaah karena khawatir Sholat itu akan diwajibkan atas kalian sehingga kalian tidak mampu melakukannya.”

Jadi mengapa Rasulullah SAW hanya tiga kali berjamaah saat sholat tarawih karena semata-mata cintanya kepada ummatnya.

Akhirnya Sholat malam di bulan Ramadhan dilaksanakan secara sendiri-sendiri. Kondisi seperti itu berlanjut hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat.

Demikian pula pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan awal kekhalifahan Umar bin Khattab.

Baru kemudian pada tahun ke-4 Hijriah, Khalifah Umar berinisiatif untuk menjadikan Sholat tersebut berjamaah dengan satu imam di masjid.

Amirul Mukminin menunjuk Ubay bin Kaab dan Tamim Ad-Dariy sebagai imamnya.

Khalifah Umar lalu berkata, “Sebaik-baik bid’ah adalah ini.”

Imam Abu Yusuf pernah bertanya kepada Imam Abu Hanifah tentang sholat tarawih dan apa yang diperbuat Umar RA.

Imam Abu Hanifah menjawab, “Tarawih itu sunnah muakkadah (ditekankan). Umar tidak pernah membuat-buat perkara baru dari dirinya sendiri dan beliau bukan seorang pembuat bid’ah. Beliau tak pernah memerintahkan sesuatu kecuali berdasarkan dalil dari dirinya dan sesuai dengan masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.Umar telah menghidupkan sunnah itu lalu mengumpulkan orang-orang pada Ubay bin Kaab lalu menunaikan Sholat itu secara berjamaah, sementara jumlah para sahabat sangat melimpah, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar, dan tak satu pun yang mengingkari hal itu. Bahkan mereka semua sepakat dan memerintahkan hal yang sama.”

Di zaman Rasulullah, Sholat tarawih dikerjakan sebanyak delapan rakaat. Hal ini dikarenakan agar tidak menimbulkan keberatan bagi ummatnya.

Sedangkan pada zaman Khalifah Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu Anhu beliau menambah lagi menjadikan 20 rakaat karena beliau berpendapat bahwa orang-orang Islam pada zamannya itu tidak keberatan menunaikan Sholat sebanyak itu.

Wallahu Alam....