Belajar Mengalahkan Hari Ini untuk Memenangkan Hari Esok dari Benzema

Belajar Mengalahkan Hari Ini untuk Memenangkan Hari Esok dari Benzema
Belajar Mengalahkan Hari Ini untuk Memenangkan Hari Esok dari Benzema (Foto : Twitter)

Antv –  Pantas Karim Benzema meraih Ballon d'Or tahun ini. Jika jauh menyimak perjalanan karirnya, ternyata Benzema sudah membidiknya sejak usia dini. Sejak mulai belajar  passing, shooting, controlling dan dribbling di klub lokal kota Lyon Bernama Bron Terraillon FC. Disadari atau tidak disadarinya.

Benzema kecil, kabarnya, hidup dilingkungan yang bermasalah bagi pertumbuhannya. Lingkungan kota tempatnya dilahirkan memiliki banyak gank kejahatan. Tidak kondusif untuk memupuk perkembangan seorang anak untuk menjadi cemerlang.

Dia anak imigran Aljazair yang Muslim. Keluarga dari orang tua yang memilki 9 anak. Ayahnya memiliki disiplin yang keras. Benzema sering diseret pulang jika kelamaan bermain.

Diantara teman-temannya, Benzema disebut seperti srigala. Jika memiliki masalah dia lebih suka bermain sendiri. Dan akan menyalak jika diganggu.

Hidup dari lingkungan bermasalah dan menjadi anak imigran, membuat Benzema rentan ejekan. Namun sepertinya, dia tipikal anak yang mengancam hari esok, jika sudah mengalahkan hari ini. Sebisanya dia menghindari konflik dan terbiasa mengatasi ejekan dengan visi.

Seiring usia, dia pun sadar orang tua dan leluhurnya numpang kehidupan yang lebih baik di tanah Prancis. Dan dia merasa turut bertanggung jawab untuk itu. Harus ikut mewujudkan harapan membangun masa depan yang lebih baik.

Rupanya, pintu harapan itu dia temukan di sepakbola. Maka, tekunlah Benzema berlatih di klub kota kecilnya. Hingga akhirnya pada tahun 2004, saat berusia 9 tahun, dia ditemukan pemandu bakat untuk dituntun masuk akademi sepakbola Lyon.

Di akademi, rupanya banyak rekan satu timnya, terutama sesama striker, meremehkan dan mentertawakan kemampuannya. Benzema berusaha tidak peduli. Ia terus tekun berlatih mengikuti program akademi.

Namun, pada sebuah acara resmi penyambutan pemain baru junior Lyon, Benzema mulai menunjukan taring srigala-nya yang mulai tajam, sebagai pemain penyerang U-17 Lyon. Dia balas meledek seraya mengancam rekan setimnya yang suka meremehkan dan mentertawakannya.

Ketika tiba gilirannya memperkenalkan diri dan menyampaikan harapannya dengan jersey kebanggaan Lyon, dihadapan semua pengurus dan para pemain senior Lyon, Benzema menyisipkan kata-kata untuk para pengejek yang suka mentertawakannya saat latihan di  lapangan.

“Saya di sini untuk menggantikan para penyerang yang ada di sini. Saya datang dengan dedikasi, kerja dan komitmen untuk, tentu saja, mengambil tempat Anda.” kata Benzema sambil berdiri dengan dingin. Semua yang hadir pada acara itu sesaat terdiam, sebelumnya akhirnya meberikan applaus.

Waktu berputar. Tahun 2005, Benzema melakukan debutnya bersama tim senior  Lyon di liga Prancis. Dia membuktikan ucapannya. Bahwa anak imigran jangan diremehkan.
Benzema moncer hampir di semua pertandingan yang dia ikuti. Baik untuk klubnya maupun tim junior Prancis. Benzema seangkatan dengan Michael Essien dan Eric Abidal.

Media Eropa pun memburunya. Hingga akhirnya, Real Madrid membawa berkoper-koper uang meminangnya dari Lyon.  Senilai hampir 41 juta Euro. Untuk kontrak 6 musim.

Rekor tranfers pun terjadi. Klub Lyon kehujanan duit setengah triliun rupiah lebih dikit. Jika mengacu kurs mata uang Euro pada tahun itu, 2009. Sesuatu yang belum pernah terjadi di klub bernama lengkap Olympique Lyonnais itu.

Di Real Madrid. Adaptasi Benzema tak mudah. Maklum, Madrid adalah tim super elit yang dihuni oleh hampir semua pemain terbaik berbagai klub dan negara sepakbola dunia.

Tapi dasar Benzema, dia tak mau kalah bersaing. Sekali lagi, mentalnya adalah manusia yang akan ngamuk jika diremehkan. Dia tak masalah awalnya ditempatkan sebagai super-sub. Pemain  yang menaruh pantat dulu di bangku cadangan sebelum berlaga.

Penampilan striker bernama lengkap Karim Mostafa Benzema bersama Si Putih, Los Blancos, tentu ada pasang surutnya. Alias tidak melulu gemilang. Benzema diantaranya harus bersaing dengan pamor Christiano Ronaldo dan Gareth Bale.

Diluar lapangan, kisah Benzema pernah tercoreng skandal prostitusi ilegal dibawah umur dan pemerasan dengan kekerasan. Skandal itu sempat membuat  Perdana Menteri Prancis memerintahkan namanya dicoret dari Timnas Prancis. Termasuk untuk Piala Dunia 2018 di Rusia. Dimana Prancis berhasil juara untuk kedua kalinya.

Benzema jelas sudah ketiban sial. Namanya jadi tak tertulis dalam sejarah pemain yang pernah mengangkat tropi Piala Dunia. Beruntung kedua skandal itu tidak meruntuhkan karir sepakbolanya ketitik terendah. Benzema bisa bebas kembali berlaga dan meraih prestasi puncak sebagai seorang pemain. Pendar kebintangan Benzema tetap bisa menembus awan gelap yang sempat menutupinya.

Sekarang, Benzema adalah pemain terbaik dunia, pilihan 100 jurnalis sepakbola ternama dunia. Dia Meraih penghargaan Ballon d'Or di Theatre du Chatelet, Paris, Prancis, pada Selasa (18/10/2022). Penggila bola pasti tahu. Semuanya terjadi karena berbagai catatan gemilang prestasinya selama ini dan tahun ini di Real Madrid, khususnya.  

Dia menjadi pemain Perancis kelima yang mampu memenangi Ballon d'Or setelah Raymond Kopa (1958), Michel Platini (1983, 1984, 1985), Jean-Pierre Papin (1991), dan Zinedine Zidane (1998).

“Jika seorang anak usia 17 tahun mengatakan hal seperti itu, Anda sudah bisa tahu karirnya akan secerah apa,” kata Claudio Cacapa, mantan bek Lyon, yang hadir menjadi saksi ucapan Benzema ketika diterima masuk skuad U-17 Lyon. Cacapa menyampaikan cerita tentang Benzema itu saat diwawancara oleh ESPN Brazil, November tahun lalu.

Benzema sudah membuktikan ucapannya dengan sempurna. Mengganti prestasi dengan prestasi. Lewat dedikasi, kerja keras dan komitmen sebagai seorang pemain sepakbola profesional. Peduli setan dengan cemooh, ejekan dan dianggap tak mampu sepanjang perjalanan karirnya.*

Penulis: Yusuf Ibrahim – Wapemred ANTV