Meraup Cuan Jutaan Rupiah dari Dendeng Tokek

Tokek yang sudah dibersikan dan tersisa daging dan kulit
Tokek yang sudah dibersikan dan tersisa daging dan kulit (Foto : antvklik-Ronaldo Barmantyo)

Antv – Tokek menjadi binatang yang sering dijumpai baik di rumah ataupun di hutan. Namun siapa sangka, tokek yang bagi sebagian orang menjadi binatang dianggap mengerikan justru ditangan seorang warga di Banjarnegara, Jawa Tengah, binatang tokek ini justru diolah dan menjadi ladang bisnis yang menggiurkan bahkan produksinya diekspor hingga ke negara China.

Eko Supriyanto (40 tahun), warga Kecamatan Bawang, Banjarnegara, Jawa Tengah, sudah sejak tahun 2014, menekuni bisnis dendeng tokek.

“Bisnis tokek ini saya mulai dulu tahun 2014,” ujarnya.

Sedangkan untuk proses awalnya, Eko mengatakan, tokek sebelumnya ia beli dari para penangkar dan pemburu. Kemudian dibersihkan dan diolah sehingga hanya tersisa bagian kulit dan dagingnya saja.

Selanjutnya kulit dan daging tokek dijepit dan kemudian dioven hingga 15 jam, untuk mengawetkan tokek tersebut.

img_title
Daging Tokek siap dijemur dan dioven. (Foto : antvklik-Ronaldo Barmantyo)

“Belinya dari pemburu dan penangkar tokek. Kemudian diambil bagian dalamnya cuma disisakan kulit, daging, ekor dan kepalanya. Biar tetap awet, tokeknya kita oven sampai 15 jam,” terangnya.

Dibantu oleh 6 orang karyawanya, dalam sehari Eko mampu memproduksi sebanyak 750 hingga 1500 dendeng tokek.

img_title
Daging Tokok Siap Dioven. (Foto : antvklik-Ronaldo Barmantyo)

“Dalam sehari kita bisa produksi hingga 700 hingga 1500 ekor,” tambahnya.

Tak main-main, bisnis produksi dendeng tokek yang digeluti Eko ini diekspor hingga ke China. Karena digunakan sebagai bahan ramuan obat di Thiongkok. Permintaan dendeng tokek ini terbilang masih cukup tinggi.

Untuk satu pasang dendeng ukuran lebar bentangan antara 10 hingga 15 sentimeter dijual ke pengepul dengan harga Rp 9.000 hingga Rp 19.000 ribu rupiah per ekornya.

Sementara itu, untuk memenuhi permintaan dari Thiongkok, Eko pun secara rutin mengirimkan dendeng tokek tersebut setiap satu minggu sekali. 

Tak tanggung-tanggung, dari hasil penjualan dendeng tokek tersebut Eko mampu mengantongi omzet Rp8 hingga Rp10 juta rupiah perbulan.

“Karena katanya bisa untuk pengobatan tradisional, setelah kita olah kemudian kita kirim ke China. Sebulan omzet kita sekitar Rp 8 sampai Rp 10 juta,” pungkasnya.