PSSI Bisa Apa? Erick Thohir Apa Bisa? FIFA Sepak Mimpi Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

FIFA Akhirnya Sepak Mimpi Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20
FIFA Akhirnya Sepak Mimpi Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 (Foto : Instagram @erickthohir)

AntvPSSI Bisa Apa? Dipopulerkan oleh program Mata Najwa sejak 2018. Tajuk program itu sempat trending hingga 6 jilid episode karena berani mengulik lingkaran “kebobrokan” kepengurusan PSSI selama ini. 
 
Ulasan dan nara sumber program bertajuk PSSI Bisa Apa? berkompeten dan menarik.  Membuat selalu ditunggu publik sepakbola nasional.  
 
Saking serunya, hingga sempat akan digugat PSSI saat mengangkat kasus pengaturan skor.
 
Erick Thohir Apa Bisa? Ini bukan bagian dari program Mata Najwa atau program konten lainya di sosial media. Itu adalah pertanyaan penulis, saat melihat Erick Thohir di IG-nya, memasang photo sedang bersiap-siap menuju Doha, Qatar, untuk bertemu President FIFA, Gianni Infantino.   
 
Dengan wajah lelah, sambil menenteng tas ransel dan jaket, Erick terlihat berusaha segar dan tegar. Berjalan menapaki jalur khusus VIP imigrasi bandara.  
 
Padahal dia dilaporkan usai kerja seharian mengurus BUMN dan menyaksikan serta menyemangati Timnas melawan Burgundi di Stadion Patriot, Bekasi.

 

 
 
Luar biasa memang Pak Menteri dan Ketum PSSI yang satu ini. Membuktikan dia pekerja keras yang kurang tidur. Sebagaimana warning-nya kepada para jajaran pimpinan dan Exco PSSI terpilih, agar siap-siap kurang tidur jika dibawah kemepimpinannya.  
 
Selaku Ketum PSSI dan wakil pemerintah Indonesia, tujuan besar Erick bertemu Presiden FIFA adalah melobi agar Indonesia tetap dipercaya menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, setelah FIFA membatalkan drawing di Bali dan ramai penolakan terhadap Timnas Israel masuk Indonesia oleh beberapa partai politik, ormas, tokoh dan sebagian masyarakat.
 
Keberangkatannya atas perintah Presiden Jokowi. Itu artinya tugas negara. Tugas yang berat dan tidak main-main. Banyak publik sepakbola nasional yang berharap ia kembali sukses melobi FIFA.  
 
Sebagaimana suksesnya ia meyakinkan FIFA ketika Tragedi Kanjuruhan terjadi, agar jatah Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 jangan diganggu. Sebab Indonesia siap bekerjasama untuk mengatasi tragedi memilukan sekaligus memalukan itu bersama FIFA. Lewat program  Transformasi Sepakbola Indonesia!  
 
Namun masalahnya, narasi lobi yang harus Erick sampaikan kepada FIFA kali ini amatlah sensitif. Bukan sekedar meyakinkan FIFA bahwa Indonesia tetap dan sudah siap secara infrastruktur dan kepanitian. Tapi masalah jaminan aman dan terkendalinya kehadiran Timnas Israel bermain di tanah air. Mengingat protes dalam negeri banyak bermunculan di sana-sini.
 
Mengingat Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Dimana ada peraturan dan regulasi Indonesia yang melarang segala bentuk aktivitas negara dan orang Israel di tanah air.  
 
Sangat politis! Hingga muncul pertanyaan penulis, Erick Thohir apa bisa?  
 
Bukan meragukan kapasitas dan kompetensi Erick melobi FIFA. Dia orang bola yang kelasnya dunia. Tapi apa bisa Erick meyakinkan dan mempengaruhi FIFA yang “superior”, tetap mengizinkan Indonesia menjadi tuan rumah dengan memberikan “treatment khusus” kepada Israel? Sementara FIFA maunya normal-normal saja karena prinsip dalam olahraga tidak ada dikriminasi. Termasuk dikriminasi politik.  
 
Keputusan politis Indonesia terhadap Israel dalam masalah Palestina, selamanya akan berbuah keputusan politis juga. Mau dipelintir kemanapun tetap judulnya keputusan politik. Itu yang sulit dihidari Indonesia. Itu yang menjadi lubang masalah Erick dalam melobi FIFA.  
 
Erick tentunya sudah dibekali dan dimodali narasi yang terbaik oleh Presiden dan para pembantunya yang lain. Itu pasti. Sebab urusannya bukan cuma sepakbola. Tapi sudah jadi urusan politik antar negara.  
 
Namun ikhtiar dan do’a saja ternyata tidak cukup. Ada musabab ketentuan sebelum Yang Maha Menentukan membungkusnya menjadi takdir.  
 
FIFA akhirnya menyepak mimpi Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia Sepakbola FIFA U-20. Keputusan itu datang setelah Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, melakukan pertemuan dengan Giani Infantino selaku Presiden FIFA di Doha, Qatar, Rabu, 29 Maret 2023.  
 
“FIFA telah memutuskan, karena keadaan saat ini, untuk mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Duia U-20 2023,” demikiam tulis FIFA tegas di laman resminya.  
 
Kecewa, sedih, bingung dan ingin marah itulah yang dirasakan kebanyakan orang yang ingin Indonesia tetap jadi tuan rumah. Mengapa kesudahannya harus seperti ini? Mengapa harus ada “permusuhan” politik yang mengacaukan pesta olahraga sepakbola?   
 
Sementara bagi mereka yang menolak kehadiran Israel, mereka memang tidak bertepuk tangan. Tidak mensyukuri keputusan FIFA dan kegagalan Erick Thohir melobi. Mereka masih punya hati kepada saudaranya yang kecewa. Kita bisa intip itu di sosial media. Kebangetan saja, kalau sampai ada yang pesta.
 
“Tapi, sadar-tidak sadar, mereka sudah bersikap dikriminatif. Melarang orang berolahraga, bermain sepakbola, karena alasan politik”. Kesimpulan penulis dari beberapa pendapat di sosial media.  
 
“Sebuah alasan yang sebenarnya masih bisa dikomunikasikan dan dicari solusinya tanpa mencedrai semangat perdamaian, kemanusiaan, dan pergaulan internasional yang diamanatkan UUD negara kita”. Tambah rangkuman pendapat lainnya di sosmed.    
 
PSSI tidak bersalah. Erick Thohir tidak bersalah. FIFA tidak bersalah. Semuanya pun tidak bersalah. Termasuk yang menolak Israel jika framing yang mereka kedepankan adalah benar-benar integritas bangsa dalam menyikapi perdamaian dan anti imprealisme. Sehingga bisa mengaburkan dan mengkerdilkan diskriminasi politik mereka dalam olahraga.  
 
Keputusan sudah diambil FIFA. Kita tetap harus optimis dan semangat membangun sepakbola Indonesia. Sepakbola kita tidak kiamat hanya gara-gara gagal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Kalau mau bersedih, sebenarnya kita harus lebih bersedih ketika Tragedi Kanjuruhan terjadi. Itu lebih menyakitkan dan melukai.  
 
“Benar saja belum tentu berarti bijak”, begitu kata Dosen Filsafat dan Pendakwah dari UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Dr. Fahruddin Faiz,  saat podcastnya bersama Gita Wirjawan di Endgame.  
 
Untuk itu, mari kita tetap berprasangka baik. Benar dan bijaklah dalam berpolitik, berkeputusan dan menyelesaikan urusan apapun.
 
Ini semua adalah resiko pilihan sebuah keputusan politik luar negeri negara ini tentang Israel dan Palestina yang menemukan ujiannya saat Indonesia ingin jadi tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20. Ini semua adalah dinamika sepakbola kita. Suka tidak suka.

Penulis: Yusuf Ibrahim - Wapemred ANTV