Catatan Piala Dunia Qatar 2022: Arab dan Jepang Hanya Menang Skor

Lionel Messi berduel dengan pemain Arab Saudi
Lionel Messi berduel dengan pemain Arab Saudi (Foto : Twitter @Argentina)

Antv – Football is magic. Begitulah pesona sepakbola. Selalu ada  drama di dalamnya. Ada saja kejadian di luar nalar, membuat kita terkejut, lantas mau tak mau ikut bergunjing, dalam bungkusan bersuka ria. 

Maklum saja, siapa pun pesuka sepakbola, tak menduga kalau Argentina bisa  kalah dari Arab Saudi. Kemudian Jerman bisa takluk dari Jepang, dengan skor sama 1-2, di pesta akbar sepakbola, Piala Dunia Qatar 2022.

Takjubnya lagi, drama prosesi kekalahan dua negara kiblat sepakbola itu pun persis sama. Di babak pertama, Argentina dan Jerman, sama-sama, unggul satu gol melalui tendangan dari titik pinalti. 

Lantas, di babak kedua terjadilah drama sulap. Saat pendukung Argentina yakin Messi akan buat gol lagi, eh justru Arab mencetak dua gol. Begitu pula Jerman, pendukungnya sontak diam, saat pemain Jepang mencetak dua gol melalui serangan balik. 

"Bandar mulai bermain di Qatar," gunjing seorang teman di instagram sesaat Argentina kalah. "Wooww..  gokil  tank pansher ditebas samurai.....," komen teman lain di grup whats up insan sepakbola, menyusul Jerman tumbang. 

Tidak lama kemudian, beredar konten flyer di berbagai sosial media dengan isi seperti ini. "Kemenangan Arab Saudi dan Jepang membuktikan kalau bangsa Asia mampu kok bersaing di Piala Dunia." Nah.. ini yang menarik dan cukup sedap untuk digunjingkan. 

img_title
Timnas Arab Saudi Lebih perkasa ketimbang Argentina. (Foto: Instagram @saudi2027)

Di Piala Dunia, tim Asia menang dari tim raksasa Eropa, bukan kali ini saja. Umpamanya, di 1966, Timnas  Korea Utara memperdaya raksasa Italia 1-0. Di Piala Dunia 1994, Arab Saudi pernah mengalahkan Belgia 1-0.

Korea Selatan lebih hebat lagi. Pada Piala Dunia 2002, mereka menang dari Portugal 1-0, dari Spanyol 5-4 (adu pinalti), dan 2-1 dari Italia. Langkah negara penghasil ginseng itu baru tersandung di semifinal,  kalah 1-2 oleh Jerman.

Jadi pembaca, kemenangan Arab Saudi atas Argentina, serta Jepang dari Jerman, tidaklah membuat peta kekuatan sepakbola dunia berubah. Itu hanya kemenangan angka di skor akhir. Itu keberuntungan tim under dog, karena itu pulalah kita dihinggapi eforia suka cita. 

Dari aspek teknik atau cara  bermain sepakbola Latin dan Eropa masih di atas. Lihatlah kembali, laga Argentina versus Arab Saudi. Messi dan kawan kawan menguasai jalannya pertandingan. Statistik mencatat, Argentina 69%, Arab Saudi 31%.  

Pemain Argentina melakukan 16 kali tembakan ke gawang Arab, hanya satu berbuah gol. Sementara Arab, cuma tiga kali menembak, tapi menghasikan dua gol. Jangan lupa, di babak pertama Argentina membuat tiga gol lain, sayang tiga gol itu dianulir lantaran offside. Kalau tidak Argentina unggul 4-0 di paruh waktu.

Begitu juga Jerman memenangkan game dengan penguasaan bola 76%. Sedangkan Jepang 23%. Pemain Jerman melepaskan 26 kali tembakan ke gawang Jepang, hanya berbuah satu gol. Sialnya, satu gol lain dibatalkan karena offside. Kalau syah, Jerman unggul 2-0 di babak pertama. 

img_title
Timnas Jepang bungkam Jerman. (Foto: Twitter @DFB_Team_EN)

Sementara itu, pemain Jepang yang bermain spartan sepanjang pertandingan melalukan 12 kali tembakan ke gawang. Dua berbuah gol, dan satu gol lagi tidak syah karena off side. Jepang praktis bermain negatif, pakai taktik 'parkir bus', khususnya di 15 menit jelang laga berakhir. 

Meminjam anekdot anak-anak bola: Argentina dan Jerman menyerang dua hari dua malam, eeh yang menang justru lawan. Maksudnya Argentina dan Jerman tak layak kalah. Tapi itulah nasib buruk seperti itu lazim terjadi di kancah sepakbola. 

Karena itu pendukung Argentina jangan dulu patah semangat, apalagi beralih ke tim lain. Tim Anda lagi sial saja. Messi masih pemain terbaik. Yakinlah, Messi dibantu pemain lain, akan membuat tim tanggo bangkit di laga berikutnya. Kembali jadi kandidat juara. 

Untuk  fans Jerman, jangan lupa petuah legenda  sepakbola Inggris, Garry Lineker: Football is a simple game. Twenty-two men chase a ball for 90 minutes and at the end, the Germans always win. Tetap semangat, Jerman kan disebut  tim diesel, terlambat panas. 

img_title
Tim Korea Selatan. (Foto: Instagram @thekfa)

Sekarang, yang berdebar, dan tak sabar tentu pendukung Korea Selatan, yang timnya akan melawan Uruguay di laga perdana. Sesama Asia, dan juga pendukung Brasil, saya pun berharap Korsel menang. Itu menambah Piala Dunia semakin menghibur, lantaran membulak balik akal dan perasaan. 

Lalu untuk sepakbola Indonesia apa yang bisa  diresapi? Mungkin perlu kita catat, timnas Arab Saudi dan Jepang bisa 'mendunia' lantaran para pemainnya, banyak yang bermain di kompetisi kelas atas, khususnya di Eropa. 

Kata lainnya, sepanjang pemain Indonesia tidak bermain di kompetisi kasta tinggi di negara Eropa, maka timnas Indonesia, tak bakal bisa "bicara" di pentas dunia. Ini dogma, tak pantas diperdebatkan, hahaha. **

Penulis: Reva Deddy Utama, wartawan-pemerhati sepakbola