Tradisi Tiban, Cambuk Berdarah untuk Meminta Hujan

Tradisi Tiban
Tradisi Tiban (Foto : )
www.antvklik.com - Tradisi Tiban adalah sebuah kesenian yang berkembang di sejumlah wilayah di Jawa Timur, seperti Blitar, Kediri dan Trenggalek. Tradisi Tiban berupa aksi saling cambuk antara dua laki-laki dewasa, yang bertujuan untuk meminta turunnya hujan, pada musim kemarau.Tradisi Tiban dikhususkan untuk kaum lelaki dan dipimpin oleh seorang wasit, yang disebut dengan peladang. Dengan iringan musik gamelan Jawa, masing-masing petarung akan saling cambuk. Setiap pemain Tiban akan mendapatkan kesempatan untuk memukul lawan sebanyak tiga kali, dengan menggunakan cambuk. Cambuk atau pecut terbuat dari seikat lidi aren yang terdiri atas ±15 batang lidi yang terpilin menjadi satu. Pada beberapa bagian diberikan suli, yaitu pengikat terbuat dari anyaman kulit pelepah aren itu sendiri,atau dari kulit bambu yang teranyam halus.
Pada awalnya, Tiban ditampilkan di sebuah arena berupa lapangan atau tanah. Namun belakangan, tradisi ini sering ditampilkan di atas panggung berukuran 5×5 meter persegi dan tinggi 1,25 meter. Karena sifatnya yang komunal dan Tiban pada dasarnya bukan suatu tontonan, maka batas antara penonton dan pemain sebenarnya tidak ada. Arena dibuat sendiri oleh penonton yang berdiri atau berjongkok paling depan yang membentuk sebuah lingkaran. Sementara untuk pakaian, peserta Tiban hanya mengenakan celana dan tidak diijinkan mengenakan baju. Untuk menghindari hal yang membahayakan, para pemain tidak boleh mencambuk kepala dan kemaluan.Selain membutuhkan nyali yang besar, para peserta tradisi Tiban juga harus memiliki keahlian dalam bertarung. Menariknya, meskipun tubuh memar dan bahkan berdarah, para petarung mengaku tidak merasakan sakit. Mereka percaya bahwa semakin banyak darah yang mengucur, maka akan semakin deras hujan yang akan turun. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti, kapan tradisi ini mulai ada. Namun diperkirakan, Tiban sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Selain bertujuan untuk meminta hujan, kini tradisi ini telah menjadi agenda rutin tahunan di sejumlah desa di Jawa Timur pada musim kemarau.[embed]https://youtu.be/TQeW3mXlbLU[/embed]