Sepenggal Kisah Pengungsi Rohingya

rohingya3
rohingya3 (Foto : )
www.antvklik.com
- Dua tahun lebih,para pengungsi Rohingya menetap di Indonesia,tepatnya penginapan Beraspati di Medan,Sumatera Utara. Selama itu pula, beragam aktivitas pun mereka lakukan demi melepas kejenuhan dan coba melupakan kisah mencekam yang pernah mereka alami dikampung tempat tinggalnya di Negara Myamar.Kegiatan yang menjadi rutinitas para pengungsi dipenginapan Beraspati dijalan Jamin Ginting,Medan,Sumatera Utara,yakni bercengkarama,bermain,berolahraga, melaksanakan kewajiban shalat lima waktu,belajar dan mengakhirinya dengan beristiraharat saat malam tiba. Selama dua tahun ini.[caption id="attachment_30494" align="alignright" width="300"]
Aktivitas Pengungsi Rohingya[/caption]Selain itu juga,ada olahraga yang selalu menemani kaum pria dalam mengisi keseharian mereka,yakni sepak takraw,olahraga yang dilakukan saat sore hari ini menjadi obat yang paling mujarab untuk melepas kejenuhan dan melupakan kesedihan atas tragedi kejam yang mereka alami sejak tahun 2012 lalu.Bagi kaum wanita Rohingya,selain menjadi ibu rumah tangga,ada kebiasaan unik yang menjadi tradisi yang sulit untuk mereka tinggalkan,yakni meracik sirih dan buah pinang untuk dikonsumsi sebagai pengganti kunyahan atau makan sehari-hari. Tradisi ini sendiri telah melekat secara turun menurun dan dilakukan  baik bagi kaum pria dan wanita, baik yang muda hingga yang tua.Sementara untuk makan selama tinggal dipengungsian,para etnis Rohingya ini mendapatkan jatah makan tiga kali sehari,pagi,siang dan malam hari,bagi mereka yang memiliki bayi para pengungsi Rohingya ini juga mendapatkan susu.Dimana sebelum mereka berhasil lari dan mengungsi,jutaan umat islam Rohingya yang tinggal di Myanmar kerap mendapatkan perlakuan tak manusiawi. Selain dilarang bekerja dan disiksa militer,ratusan tempat tinggal mereka juga dibakar. Bahkan ratusan nyawa keluarga mereka ikut melayang.Seperti yang dialami Iman Husain salah satu pengungsi. Pria dua puluh lima tahun ini mengaku masih trauma kala mengenang kejadian yang menimpanya dua tahun lalu atau tepatnya awal  2015. Selain selalu ketakutan karena kondisi kampung mereka yang mencekam akan aksi keji para milter Rohingya,ibu kandungnya juga menjadi korban kekejaman para militer.Pria yang telah memiliki empat anak tersebut tak mampu menyelamatkan ibu kandungnya yang tewas di dalam rumah saat militer mengepung kampung dan membakar tempat tinggal mereka. Tak cuma ibu kandungnya,keluarga kakak kandung dari ibunya juga tewas mengenaskan akibat  dibakar hidup hidup. Sembilan jiwa dalam dua keluarga tewas terpanggang dan tak mampu menyelamatkan diri saat api menyelimuti kediaman mereka.Imam mengaku sangat bersukur dan beruntung ayahnya tak menjadi korban saat itu,dan kini masih bertahan hidup di Myanmar dengan kondisi tertekan dan penuh ketakutan. Dirinya pun berharap,pemerintah Indonesia dan dunia internasional bisa menyelamatkan nasib keluarga mereka yang masih tinggal di Myanmar dan terbebas dari kebiadaban.