Revolusi Suporter Indonesia

rusuh suporter persija
rusuh suporter persija (Foto : )
Sepakbola Indonesia kembali berduka, satu suporter Persija, Haringga Sirila, 23 tahun, meregang nyawa usai dikeroyok oleh oknum suporter Persib di kawasan Stadion Gelora Bandung Lautan Api, 23 September, kemarin.Kasus Haringga menambah daftar kelam sepakbola Indonesia. Sejak 1995, sudah 63 suporter yang masuk daftar korban yang meninggal akibat kekerasan di lingkungan pertandingan sepakbola Tanah Air. Sementara khusus untuk rivalitas panas Persib dengan Persija sejak 2012, Haringga menjadi korban ketujuh.Kejadian ini tidak boleh terulang lagi. Lalu bagaimana cara menjinakkan suporter yang anarkis di sepakbola nasional?. Jika kita mau belajar, sepakbola Inggris mungkin bisa menjadi acuan. Inggris pernah menjadi tempatnya kerusuhan sepak bola.  Kini hooliganism di Inggris, sudah mampu dijinakkan.Ada dua insiden yang sangat mencoreng namun menjadi tonggak revolusi suporter di persepakbolaan Inggris, yakni tragedi Heysel pada 29 Mei 1985, dan tragedi Hillsborough pada 15 April 1989. Kedua tragedi itu membuat pemerintah Inggris serius menangani kerusuhan suporter.Pada 1986, setelah klub-klub Inggris dilarang tampil di kompetisi Eropa, pemerintah Inggris mengizinkan pengadilan melarang suporter terhukum datang ke stadion seumur hidup. Mereka juga melarang suporter melempar barang ke dalam lapangan, dan nyanyian rasial.Bahkan bersamaan perhelatan Piala Eropa 2000, usai ratusan hooligans rusuh dalam laga Inggris melawan Jerman, pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang mengontrol hooligans.Di Premier League, klub-klub juga membantu FA sebagai federasi sepakbola Inggris dengan melarang suporter yang membuat kerusuhan masuk ke dalam stadion seumur hidup atau dicabutnya kartu anggota dan tiket musiman klub.Profesionalitas polisi Inggris juga sangat terlihat. Sejak 45 menit sebelum kick-off, suara helikopter polisi mendominasi di sekitar stadion. Ratusan polisi dengan sangat baik membarikade kedua suporter sehingga mereka tak berani untuk memprovokasi satu sama lain. Kepolisian di sana pun melarang pub-pub menjual alkohol khusus untuk hari itu.Di sekitar stadion di Inggrispun diperbanyak CCTV. Bahkan suporter pembuat onar bisa ditangkap enam bulan kemudian jika bisa diidentifikasi polisi. Pengamanan sama ketatnya dilakukan polisi setelah laga berakhir. Suporter tim tamu diantar balik ke stasiun kereta dan bus-bus yang menunggu.Lalu Bagaimana di Indonesia?. Kendati kerusuhan suporter sepakbola juga kerap terjadi dan tak jarang memakan korban jiwa, namun hingga kini Indonesia, tak punya undang-undang khusus mengatur suporter sepakbola.Sementara PSSI sebagai induk olahraga sepakbola di Indonesia tidak pernah memberi hukuman berat. PSSI baru akan merencanakan aturan baru dengan pengurangan poin dan hukuman tambahan kepada organisasi suporter dan klub setelah sebelumnya, hanya memberikan sanksi kepada klub berupa denda yang terbukti tidak menimbulkan efek jera.Menggelar pertandingan tanpa penonton, pembekuan izin pertandingan, dan partai usiran, terkesan menjadi salah satu cara pihak kepolisian mengantisipasi kerusuhan suporter.Jalan masih panjang memang, tapi kita bisa mengikuti jejak langkah Britannia Raya, jika kita mau belajar.