Jemaah Haji Puas dengan Menu Makanan Selama Ibadah

Jemaah Haji Puas dengan Menu Makanan Selama Ibadah
Jemaah Haji Puas dengan Menu Makanan Selama Ibadah (Foto : )
www.antvklik.com
- Janji pemerintah melalui Kementerian Agama untuk melayani jemaah terutama soal makanan yang “berselera Nusantara” untuk para jemaah haji bukan hanya isapan jempol.Sejumlah jemaah yang ditemui mengaku puas dengan layanan makanan yang mereka terima dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi.“Makanan nggak ada masalah. Cocok sama lidah kita. Padahal saya udeh khawatir soal urusan perut,” kata Andri, jemaah asal Lombok, Nusa Tenggara Barat.Sementara seorang ibu asal Garut, Jawa Barat, yang ditemui saat sama-sama menumpang bus salawat yang akan mengantar kami ke Masjidil Haram mengaku tidak menyangka makanan yang diterimanya cocok dengan lidahnya.[caption id="attachment_125391" align="aligncenter" width="900"]
Jemaah Haji Puas dengan Menu Makanan Selama IbadahJemaah Haji Puas dengan Menu Makanan Selama Ibadah [/caption]Padahal, saat berangkat, sang ibu sudah menyiapkan banyak bekal makanan di kopernya. “Takut nggak bisa makan di Arab. Jadi bawa bekel. Ada bawang goreng, dendeng, sambel.”Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan bahwa kebijakan membangun cita rasa masakan Nusantara juga telah memotivasi pengusaha Arab untuk memasok beberapa produk Indonesia. contohnya kecap, kopi, dan sejumlah komoditas.Produk tersebut relatif sulit ditemukan di Tanah Suci karena tidak banyak konsumennya. Namun, upaya pemerintah Indonesia tersebut membangkitkan kesadaran mereka tentang pentingnya memasok produk Tanah Air.Selain jemaah haji Indonesia, produk tersebut juga dapat dikonsumsi jemaah umrah yang selalu meramaikan Tanah Suci selain musim haji. Warga Indonesia yang bermukim juga akan mencari komoditas tersebut.Kendala di lapangan tersebut tak menghalangi komitmen pemerintah untuk pengadaan masakan Nusantara. Yang paling utama adalah memulai masakan jemaah haji bercita rasa khas negeri sendiri. “Tak masalah ada permasalahan sedikit. Ini untuk pelajaran,” kata Sri Ilham Lubis.Sri Ilham Lubis mengatakan tujuan program besar ini adalah membuat jemaah haji semakin nyaman beribadah, seperti tinggal di negeri sendiri. Sebabnya, jemaah dari tahun ke tahun selalu mendambakan masakan seperti itu.Selain itu, program tersebut juga diharapkan mendukung pengusaha, terutama eksportir Indonesia. Mereka dapat terlibat dalam penjualan dan ekspor berbagai kebutuhan jemaah haji di Tanah Suci. Namun, hal tersebut tidak terjadi dengan maksimal.[caption id="attachment_125392" align="alignnone" width="900"] Jemaah Haji Puas dengan Menu Makanan Selama Ibadah Sri Ilham Lubis[/caption]Sementara itu, upaya pemerintah menyuguhkan makanan bercita rasa Nusantara membuat pengusaha katering Arab Saudi memburu sejumlah produk Indonesia. Di antaranya kecap dan teh.Katering Jawharat Asia misalkan harus menghubungi sejumlah pemasok makanan di Jedah dan Mekah. Ketika pasokan kecap tersedia, katering tersebut langsung memborong semuanya. Itu pun belum dapat memenuhi target kuantitas yang harus dipenuhi.Kepala Bidang Katering Panitia Penyelenggara Haji Arab Saudi Ahmad Abdullah mengakui permasalahan tersebut. Banyak katering penyedia makanan jemaah mengalami kesulitan yang sama. “Kalau tak bisa memenuhi permintaan kecap misalkan, mereka harus mengganti dengan produk lain,” katanya di kantor Daerah Kerja Mekah, Senin (30/7).Abdullah selalu menekankan kewajiban katering untuk memenuhi pelayanannya. Acuannya adalah kontrak kerja yang menjadi pegangan katering dan PPIH. Tak hanya soal kecap, jatah makan kalau tidak sampai kepada Jemaah pun tidak akan dibayar. Pembayaran katering dilakukan sesuai dengan laporan yang sampai kepada jemaah.Menurut Abdullah, ada 300 katering tersebar di Mekah. Kemampuan mereka beragam. Ada yang mampu memproduksi massal, 25 ribu porsi dalam satu waktu. Namun, masakannya masih bercita rasa Arab. Bahkan ada yang rasanya hambar. “Pelit bumbu. Sudah sering kita peringatkan, tapi tak berubah. Akhirnya tidak kita pakai lagi.”Katering besar juga biasanya terkendala distribusi. Kendaraan pengangkut makanan tidak banyak sehingga pengangkutan makanan harus berkali-kali dan memakan waktu. Akibatnya jemaah mengeluhkan makanan telat sampai.Sementara itu ada katering kelas menengah yang pelayanannya lumayan. Masakannya lebih terasa. Distribusi produknya tidak terkendala. “Kita pertahankan sampai sekarang. Padahal dapurnya tidak terlalu besar.”