Harga Beras Melambung, Warga Makan Nasi Jagung

MAKAN NASI JAGUNG
MAKAN NASI JAGUNG (Foto : )
www.antvklik.com
 - Mahalnya harga beras membuat sebagian warga di lereng gunung Slamet kabupaten Pemalang, Jawa Tengah mulai memakan  nasi jagung . Harga beras  melambung hingga Rp 13.000/Kg . Sebelumnya warga  membeli beras  dengan harga Rp 9.500/Kg. Kenaikan harga  sebesar Rp 4.000 tentu memberatkan  warga berpenghasilan rendah. Padahal, beras adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap hari. Agar  perut bisa kenyang, banyak warga di kaki gunung Slamet mencampur nasi dengan jagung.https://www.youtube.com/watch?v=YWEHkUYsxSk&feature=youtu.beRojana,  warga desa Cikedung ,Pulosari Pemalang  telah mencampur nasi dengan jagung sejak harga beras melambung.Hal serupa juga terpaksa dilakukan  Waryuti ,buruh tani warga desa Penakir . Dengan upah yang tak seberapa, penghasilannya  makin terkuras dengan tingginya harga  beras .Jagung memang banyak tumbuh di desa tersebut. Harga jagung  jauh lebih murah ,hanya Rp 5.000/Kg. Namun,untuk membuat nasi jagung tak semudah menanak nasi. Butuh waktu yang lebih lama. Jagung harus dijemur dahulu ,ditumbuk baru kemudian ditanak. Mereka berharap  harga beras bisa kembali normal  sehingga bisa merasakan nikmatnya nasi beras seperti sebelumnya.Pemerintah  telah membuka keran impor beras khusus sebanyak 500.000 ton. Langkah itu diharapkan dapat menekan harga beras yang saat ini sedang melonjak tinggi.Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, menjelaskan keputusan impor setelah melewati rangkaian operasi pasar hingga pembahasan dengan berbagai pihak."Langkah pertama yang kami lakukan dan sebenarnya bukan dilakukan baru, kita lakukan operasi pasar beras, itu kita lakukan sejak November-Desember. Tetapi hanya coba penetrasi ke market, artinya operasi tidak secara masif dijalankan. Hanya di daerah yang berpotensi rawan dari sisi konsumsi, Bulog masuk," kata Enggartiasto di Kementerian PerdaganganNamun, kebijakan impor  menuai kritik tajam dari sejumlah kalangan. Menurut Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon,  rencana tersebut hanya membuktikan kacaunya tata kelola pangan pemerintah, sekaligus menunjukkan rendahnya mutu data pangan yang selama ini mereka miliki. Pertama, Kementerian Pertanian (Kementan) hingga saat ini masih klaim Januari 2018 ini mengalami surplus beras sebesar 329 ribu ton."Dengan mengacu data BPS (Badan Pusat Statistik), Kementan menyatakan bahwa sepanjang 2017, produksi beras mencapai 2,8 juta ton. Sementara, tingkat konsumsi kita sekitar 2,5 juta ton," kata Fadli. Ia menjelaskan, jika angka-angka ini benar, Indonesia seharusnya memang surplus beras. Namun, anehnya harga beras di pasar justru terus naik.Laporan Wiwing Wiwoho dari Pemalang Jawa Tengah