Demo Besar-Besaran Remaja Amerika Tuntut Kontrol Senjata

remaja amerika
remaja amerika (Foto : )
www.antvklik.com
- Mereka berteriak “never again”, ratusan ribu remaja Amerika melangsungkan aksi turun ke jalan. Aksi itu dipicu oleh penembakan massal yang menewaskan 17 siswa di Marjory Stoneman Douglas High School, sebuah SMA di Parkland, Florida bulan Februari lalu. Mereka menuntut hukum senjata diperketat.Demo besar di banyak kota di AS ini dimulai pada hari Jumat waktu setempat atau Sabtu (24/3) WIB.Dalam demo ini, pengunjuk rasa di kota-kota di seluruh negeri menyerukan kepada anggota parlemen dan Presiden Donald Trump untuk menghadapi masalah ini. Aktivis pendaftaran pemilih menyebar di kerumunan, mendaftar ribuan pemilih terbaru negara.Massa aksi March For Our Live ini berkumpul di Pennsylvania Avenue di Washington. Mereka mendengarkan pidato dari korban yang selamat dari kejadian penembakan massa di Florida.Ada tangisan ketika salah satu korban yang selamat, Emma Gonzalez, membacakan nama dari 17 korban yang meninggal dan mereka berdiri terdiam. Air mata membasahi pipinya ketika ia memandangi orang-orang di sisa waktunya dalam pidato yang berlangsung selama 6 menit dan 20 detik, waktu yang ibutuhkan pria bersenjata untuk membunuh mereka.Demo besar March For Lives ini dilakukan untuk menuntut pihak legislatif yang sudah lama menghambat upaya untuk meningkatkan pembatasan penjualan senjata api di negara dimana penembakan massal terjadi seperti di Parkland.“Kami pastikan bahwa orang terbaik akan lolos dalam pemilihan kami, bukan sebagai politisi namun sebagai orang America” kata David Hogg, salah satu korban selamat, menunjuk Capitol berkubah putih di belakang panggung.Demo para remaja Amerika itu memenuhi jalan-jalan di berbagai kota termasuk Atlanta, Baltimore, Boston, Chicago, Los Angeles, Miami, Minneapolis, New York, San Diego dan St. Louis.Lebih dari 800 demonstrasi dijadwalkan di Amerika Serikat dan di luar negeri, menurut koordinator, demo juga akan berlangsung di London, Mauritius, Stockholm dan Sydney.Aretha Gea. Reuters.