Abah Engkus, Penjaga Tradisi Silat dan Debus Banten

abah engkus
abah engkus (Foto : )
Abah Engkus, adalah nama panggilan Kusrani. Putra pendekar silat Muhammad Ilyas ini adalah pendekar silat kelahiran Pandeglang, 11 Maret 1953. Pada dekade 70-80-an, Aki Ilyas ini kondang sebagai pendekar silat Banten. Kemampuan memainkan silat ini diturunkan pada anak-anaknya diantaranya Kusrani dan Mimin.Dibawah gemblengan sang ayah, Kusrani sejak usia kecil berlatih dan menggeluti seni tradisional silat dan bergabung dengan Persatuan Pencak Silat Indonesia(PPSI).Pengorbanan masa kecil dengan berlatih keras tak sia-sia. Semasa mudanya Abah Engkus pernah menjadi juara umum seni ibing tingkat Jawa Barat, lalu pada tahun 1975 bersama ayahanda dan rombongan PPSI Pandeglang mengikuti Japan Expo di Negeri Sakura itu.Selain menggelar eksebisi pencak silat, disana juga menggelar pertunjukan seni debus Banten.Muhibah seni budaya Banten juga dilakukan tahun 1978 di Malaysia. Hingga kini Persatuan Pencak Silat Indonesia, tempat Abah Engkus dan adik-adiknya membina pencak silat tetap mempertahankan seni tradisi Ibing Pencak Silat.Hal itu terbukti dengan masih digelarnya Pasanggiri Ibing dan padepokan PPSI Abah Engkus di Kabayan Pandeglang rutin mengikuti pasanggiri iniBila IPSI lebih berkonsentrasi mengembangkan silat sebagai olah raga, PPSI memilih berkonsentrasi pada silat sebagai seni pertunjukan termasuk seni debus Banten.https://www.youtube.com/watch?v=hy7n5PY3G2ANamun meski gerakan silat mereka diiringi terompet dan kendang pencak, bukan berati mereka tak mampu bertarung.  Pada era tahun 1980-an misalnya, Bupati Pandeglang Suyaman meminta Aki Ilyas memilih atlet silat mewakili Pandeglang dalam Kejuaraan Daerah Pencak Silat se-Jawa Barat.  Semula Mimin sempat ragu. Maklum dia minim pengalaman bertading di nomor perkelahian. Namun Sang ayah mendorongnya dan memberikan keyakinan"Alhamdulilah ternyata menang, padahal sebelumnya tak pernah berlaga di arena silat perkelahian,"kata Mimin.Sampai sekarang Abah Engkus dan Bunda Mimin konsisten membina pesilat pesilat usia dini. Ratusan murid berusia muda sampai remaja dan dewasa kini berlatih di dua padepokan yang diasuh Abah Engkus dan Bunda Mimin, adik Abah Engkus.Hingga tahun 1980-an, silat menjadi olahraga yang wajib dikuasai anak-anak dan remaja di Pandeglang. Bagi mereka, malu jika tak bisa bersilat dan mengaji al-Quran. Sayang, sejalan dengan perkembangan waktu,  padepokan-padepokan silat di Pandeglang mati suri.Prihatin akan hal itu, Dadi Radjadi, seorang anggota DPRD Pandeglang mendatangi Abah Engkus dan meminta kesediaannya melatih kembali anak-anak usia muda. Dadi pun merogoh kocek untuk membeli perangkat kendang pencak dan seragam latihan untuk anak-anak. Hasilnya, kini berdiri kembali beberapa padepokan silat di Pandeglang.Pekan lalu, tim dari Kemendikbud datang ke Padepokan Pencak Silat Abah Engkus di Kabayan Pandeglang, untuk melakukan verifikasi pencalonan Abah Engkus sebagai penerima penghargaan Maestro Seni Tradisi dari Banten.Malam itu, ratusan anak-anak asuh Abah Engkus dan Mimin pun dengan semangat memperagakan silat dengan iringan kendang pencak yang ditabuh Abah Engkus.  Setelah itu  Abah Engkus amat semangat memperagakan jurus-jurus andalannya mulai dari gerakan berkelahi Pamacan yang diinspirasi oleh gerakan berkelahi Macan, hingga Pamonyet, gerakan berkelahi monyet.Wajah-wajah semangat anak-anak ini membiaskan optimisme, seni tradisi Pencak Silat Banten tak akan mati. "Alhamdulillah mereka semangat berlatih di beberapa padepokan dibawah asuhan Abah Engkus dan adik-adiknya,"kata Dadi Radjadi yang juga murid silat  Aki Ilyas dan Abah Engkus.
Laporan Machsus Thamrin dan Angghi M Mamur dari Pandeglang-Banten