Tahlilan di Rumah Korban Tewas Atraksi Maut Dilindas Truk

korban atraksi maut 1
korban atraksi maut 1 (Foto : )
Keluarga korban sangat terpukul dengan musibah yang menimpa salah satu anggota Perguruan Pagar Nusa Samarinda, Rangga Pratomo Aji (16 tahun) yang tewas dalam atraksi acara wisuda Pondok Pesatren Al-Kholil di Berau, Kalimantan Timur.Hingga Minggu malam (6/5) keluarga dan para sahabat korban menggelar berdoa bersama di rumah almarhum Rangga, salah satu peserta atraksi dari Persatuan Pencak Silat Pagar Nusa asal Samarinda yang menjadi korban tewas.  Rangga memperagakan aksi debus dilindas dengan sebuah mobil bak terbuka.[caption id="attachment_98069" align="aligncenter" width="300"]
Rumah korban Rangga [/caption]Sementara, kedua orang tua korban Edi Sumarno dan Erina Arbayah warga jalan Merapi, Kelurahan Lempake, Samarinda Utara hanya bisa pasrah dan ikhlas melepas kepergian almarhum.Kakak ipar korban, Herwan,  mengatakan keluarganya akan terus mengirimkan doa kepada almarhum selama tujuh hari berturut-turut untuk korban.  Di mata saudaranya, korban merupakan sosok anak pendiam dan penurut kepada kedua orang tuanya. Saat korban akan berangkat ke Kabupaten Berau, korban pun meminta izin kepada kedua orangtuanya.Korban merupakan murid di Perguruan Pencak Silat Nahdatul Ulama Samarinda yang sering mengikuti kegiatan pengawalan dan atraksi dalam pengkaderan organisasi Nahdatul Ulama.Dalam acara memperingati hari ketiga almarhum tiada, teman seperguruan dan guru korban hadir dalam acara tersebut enggan memberikan komentar. Mereka terlihat masih trauma dengan kejadian itu.Sahabat dan murid  korban, Slamet Santoso yang hadir di rumah korban, mengatakan bahwa korban merupakan sosok pelatih yang baik dan aktif memberikan ilmu,  khususnya kepada kader banser dan  umumnya kepada kader Nahdatul Ulama di Samarinda."Mas Rangga juga melatih Banser Samarinda Hulu, meskipun ia dibawah umur kami, namun ia merupakan panutan bagi kami, " ujar Slamet Santoso.Sementara Ketua Ansor Kalimantan Timur, Fajri Al-Farobi  mengatakan kasus yang menimpa korban saat atraksi tersebut merupakan murni suatu musibah. Atraksi seperti yang dilakukan korban  adalah hal yang normal bagi kader Nahdatul Ulama. Hanya saja dalam pelaksanaan atraksi yang membahayakan tersebut harusnya dilaksanakan dengan pertimbangan yang matang dan dilakukan oleh orang yang profesional. Ia berharap kejadian tersebut menjadi pelajaran bagi yang lainnya, jika ingin melakukan atraksi yang ekstrim harus yang profesional dan tahu metodenya.Laporan Asho Andi Marmin dari Samarinda, Kalimantan Timur.