Trump Pertanyakan Keakuratan Data Resmi Kasus Corona di China

Trump Pertanyakan Keakuratan Data Resmi Kasus Corona di China
Trump Pertanyakan Keakuratan Data Resmi Kasus Corona di China (Foto : )
Presiden AS Donald Trump meragukan data resmi kasus corona yang dirilis oleh pemerintah China. Pasalnya, laporan intelijen AS menyebut bahwa laporan yang disampaikan China tidak lengkap dan palsu.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump meragukan keakuratan data resmi kasus corona yang disampaikan pemerintah China tentang jumlah kasus dan kematian akibat corona.“Bagaimana kita tahu jika mereka akurat, “ ujar Trump dalam konferensi pers.” “Angka mereka tampaknya sedikit lebih ringan,” ungkapnya seperti dilasir dari AFP, Kamis (2/4/2020).Sebelumnya, para anggota parlemen AS yang mengutip laporan intelijen, menuding Beijing menutup-nutupi wabah virus corona. Tudingan para politikus partai Republik di kongres itu, didasarkan pada laporan intelijen yang dipublikasikan oleh media Bloomberg.Dalam laporan itu, para pejabat intelijen AS menyebut bahwa data resmi yang disampaikan China tidak lengkap secara disengaja, dan menyebutnya sebagai angka palsu.China secara resmi telah melaporkan 82.361 kasus corona dan 3.316 kematian hingga Rabu (1/4/2020). Sementara AS telah mencatat 206.207 kasus dan 4.542 kematian pada waktu yang sama. AS kini menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia.Para politikus partai Republik AS mengemukakan berbagai tudingan tentang angka kasus corona yang disampaikan pemerintah China. Ada yang menyebutnya sebagai“propaganda sampah”, menuduh pemerintah China berbohong, hingga menyebut China sebagai “mitra yang tak bisa dipercaya” dalam perang melawan corona.“Mereka berbohong kepada dunia tentang penularan manusia ke manuasi dari virus ini, membungkam para dokter dan jurnalis yang mencoba melaporkan kebenaran, dan kini tampaknya menyembunyikan angka akurat,” ungkap Republikan Michael McCaul.McCaul dan sejumlah anggota parlemen AS telah menyerukan Departemen Luar Negeri AS  untuk melakukan penyelidikan atas apa yang disebutnya sebagai aksi China menutup-nutupi pandemi.