PERABOI: 52 Pasien Jalani Operasi Kanker Secara Masal Pertama di Indonesia

PERABOI: 52 Pasien Jalani Operasi Kanker Secara Masal Pertama di Indonesia (Foto: Dok. PERABOI)
PERABOI: 52 Pasien Jalani Operasi Kanker Secara Masal Pertama di Indonesia (Foto: Dok. PERABOI) (Foto : )
Sebanyak 52 pasien kanker dioperasi secara masal oleh dokter onkologi yang tergabung dalam PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia), di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, Minggu (20/10/2019), yang merupakan aperasi kanker masal pertama dan terbesar di Indonesia.
Ketua PERABOI, dr Walta Gautama SpB(K)Onk mengatakan, operasi dilakukan di dua tempat. yakni di RSUD AM Parikesit dan operasi minor di Pendopo Bupati Kutai Kartanegara.“Operasi mayor terhadap 7 pasien dilakukan di RSUD AM Parikesit Tenggarong. Sedangkan 45 orang lainnya melakukan operasi minor di pendopo Bupati,” ujar dr Walta.Lebih lanjut dr Walta menjelaskan operasi yang dilakukan pihaknya tersebut meliputi kanker kulit, lymphedema, kanker tiroid, kanker payudara serta kanker wajah tanpa dipungut biaya.[caption id="attachment_240413" align="aligncenter" width="900"]
Kegiatan operasi minor terhadap pasien kanker yang dilakukan di aula Bupati Kutai Kartanegara (Foto: Dok. PERABOI) Kegiatan operasi minor terhadap pasien kanker yang dilakukan di aula Bupati Kutai Kartanegara (Foto: Dok. PERABOI)[/caption]“Ini merupakan kegiatan bakti sosial PERABOI sebagai wujud pengabdian kami pada masyarakat,” sambung dr Walta.Kata onkologi dikatakan dr Walta acapkali masih terasa asing di telinga. Ia berharap istilah yang berasal dari Bahasa Yunani ini tidak ditakuti dan akrab di masyarakat. Onkolgi, sambung dr Walta, adalah cabang ilmu kedokteran yang mengkhususkan pada diagnosis dan pengobatan kanker.“Jadi Onkologi adalah bidang ilmu kesehatan khususppenanganan kanker, mulai dari pemeriksaan kanker sampai perawatan paliatif,” ujar dr Walta lagi.Lebih lanjut dr Walta menjelaskan seorang ahli onkologi bertanggung jawab untuk mendiagnosis kanker, menentukan rencana pengobatan yang tepat, mengatur dan mengawasi jalannya pengobatan, serta tindakan pencegahan dari kekambuhan kanker itu sendiri.Sejak tahun 1984, para ahli onkologi di Indonesia membentuk PERABOI.“Selama ini, banyak orang beranggapan PERABOI imejnya adalah hanya menangani kanker payudara. Tapi sebenarnya PERABOI menangani kanker secara meyeluruh diantaranya kanker tiroid, kanker kepala leher, kanker kulit, kanker jaringan lunak seperti otot dan jaringan di bawah kulit, mulai dari deteksi dini, Diagnostik, terapi termasuk rekonstruksi pasca pengangkatan tumor, tindakan kemoterapi dan terapi terhadap beberapa komplikasi pasca bedah,” ungkap dr Walta.Di usia PERABOI yang ke 35 tahun, dr Walta berharap agar masyarakat yang tidak terlayani dengan BPJS atau mereka yang kurang mampu mendapatkan akses terapi medis yang tepat dari awal dapat menikmati layanan bedah dari ahlinya tersbut.“Ke depan tentunya ini akan memotivasi kesiapan dan ketersediaan ahli bedah onkologi yang mumpuni di setiap daerah di Indonesia, sehingga pasien kanker dapat berobat di tempat asalnya tanpa perlu harus ke Jakarta atau kota besar lainnya,” jelasnya.PERABOI, dilanjutkan dokter yang memiliki banyak pasien kanker payudara itu, tentunya memerlukan wadah untuk kerjasama agar lebih dapat memperkenalkan apa yang menjadi domain penanganan kanker dari PERABOI.“Bersama Yayasan Kanker Payudara Indonesia atau YKPI pimpinan Bu Linda Gumelar, kita bekerjasama dalam memberikan sosialisasi dan pelatihan penyintas kanker payudara yang bersertifikasi. YKPI sangat banyak membantu PERABOI. Kedepan tentunya PERABOI terbuka untuk berkolaborasi dengan organisasi atau institusi dalam penanganan kanker lainnya," ujarnya.Selain berkolaborasi dengan YKPI dan melakukan bakti sosial, selama 3 hari ini PERABOI juga menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT). Secara terpisah, dr Zainal Abidin SpB(K)Onk, ketua panita PIT ke-25 mengatakan dengan adanya pertemuan ini masyarakat diharapkan akan lebih mengenal kanker lebih jauh lagi dan jangan takut berobat ke dokter.[caption id="attachment_240415" align="aligncenter" width="900"] Operasi mayor terhadap 7 pasien kanker dilakukan di RSUD AM Parikesit Tenggarong (Foto: Dok. PERABOI) Operasi mayor terhadap 7 pasien kanker dilakukan di RSUD AM Parikesit Tenggarong (Foto: Dok. PERABOI)[/caption]“Peraboi juga berharap dari pertemuan ini masyarakat akan lebih tahu lagi bagaimana temuan-temuan kedepan tentang pengobatan kanker terkini. Karena saat ini penanganan kanker tidak hanya sebatas operasi atau kemoterapi, tetapi juga bisa dilakukan rekonstruksi yang hampir sempurna bahkan operasi mikro dan super mikro juga dapat dilakukan. Dengan pertemuan ini PERABOI juga diharapkan dapat menjadi leader dalam penanganan kanker secara multi disiplin. Agar dari awal atau sejak dini hingga kanker stadium akhir dapat kita tangani,” terang dr Zainal.Ditanya soal jenis kanker dengan jumlah pasien terbanyak, dr Zainal mengungkapkan angka kejadian kanker payudara adalah yang tertinggi. Hal ini senada dengan upaya YKPI dalam menekan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut dengan salah satu faktornya adalah delay pengobatan pasien dari daerah ke Jakarta.“Banyak sekali pasien asal daerah yang kini tinggal di rumah singgah YKPI di kawasan Slipi Jakarta itu datang ke Jakarta sudah dalam kondis stadium lanjut, karena selain takut dan malu untuk berobat juga karena tidak adanya ketersediaan sarana pengobatan di daerah asalnya,” kata Ketua YKPI Linda Gumelar yang menyambut antusias upaya PERABOI dalam penanganan kanker hingga ke daerah-daerah.Hal senada dikatakan dr Zainal perihal kendala penanganan kanker di daerah atau wilayah terpencil yang dijadikan tantangan tersendiri bagi PERABOI melalui program-programnya. Salah satunya dengan bakti sosial operasi minor dan mayor yang dilakukan di Kabupaten Tenggarong.“Kami tentunya berharap operasi tersebut berdampak pada masyarakat dalam penangan kanker, sehingga masyarakat dapat merasakan langsung manfaatnya, tidak lagi berobat jauh-jauh karena di daerah sendiri sekarang fasilitasnya sudah sangat mendukung, pemerintahan juga sangat mendukung dan sumber manusia juga sudah tersedia,” lanjut dokter bedah onkologi yang praktek di RSUD Abdul Wahab Sjahrani, Samarinda, Kalimantan Timur.