Mensos: Tidak Ada Politisasi Label ‘Bantuan Presiden’ dalam Bansos Sembako

Mensos
Mensos (Foto : )
Menteri Sosial menghargai peran media dalam menjalankan fungsi kontrol sosial. Termasuk dalam menyorot bantuan sosial yang sedang dilakukan Kementerian Sosial. Mensos mengajak media memilih isu yang lebih substansial dalam upaya pemerintah menangani pandemi Covid-19.
Salah satu sorotan masyarakat adalah soal bantuan sosial Sembako dengan label “bantuan Presiden”. Menurut Mensos Juliari P. Batubara, isu ini kurang substansial. Alasannya, Presiden harus dipahami sebagai lembaga bukan sebagai individu. Presiden Joko Widodo, katanya, juga sudah pada periode kedua dari masa jabatannya.Jadi tidak ada indikasi menggunakan bansos sembako untuk mencari dukungan rakyat, misalnya. Sehingga kecurigaan adanya politisasi dalam bantuan sosial, tidak berlasan. “Artinya, kalau mau dikatakan politisasi, ya tidak ada alasan politisasi di sana,” kata Mensos dalam pertemuan dengan para pimpinan redaksi, di Kantor Kementerian Sosial.Hadir dalam pertemuan ini tidak kurang dari 11 pimpinan media nasional. pertemuan ini juga diikuti secara daring oleh puluhan jurnalis anggota Forwasos. Mensos menjelaskan berbagai upaya Kemensos dalam penanggulangan Covid-19.Alasan berikutnya adalah bansos Presiden bersumber dari Bantuan Anggaran - Bendahara Umum Negara (BA BUN). Anggaran BA BUN bisa dicairkan atas diskresi Presiden. Jadi mmg bukan bantuan yang berbasis anggara reguler dari Kemensos."Jadi Bansos Sembako itu mrmang atas instruksi Presiden. Anggarannya dari BA BUN. bukan dari anggaran reguler. Anggaran reguler Kemensos sudah habis untuk penanggulangan Covid-19," kata Mensos. Dalam pelaksanaanya, tidak bisa dieksekusi oleh lembaga kepresidenan.Sebab lembaga kepresidenan kan tidak punya SDM, prosesdur, dan tidak punya sistem. Nah dari BA BUN diturunkan dalam DIPA Kemensos. “Untuk dieksekusi oleh Kementerian teknis. Yaitu Kementerian Sosial,” katanya.Yang tidak kalah penting, Mensos mengajak media untuk memberi kesempatan kepada masyarakat level bawah yang tengah merasakan kebahagiaan. Tidak hanya bahagia karena kebutuhan pokoknya terpenuhi dengan bantuan tersebut. Namun juga bangga dengan tas yang cukup eksklusif, kemudian ada tulisan “bantuan presiden”.“Anda mungkin tidak bisa membayangkan bagaimana bangganya mereka menerima tas itu. Mungkin tas situ akan disimpan dengan baik. Nanti kalau mau belanja dengan tas itu. Saya ketemu dengan penerima bantuan di Muara Angke dan di Cipete, sampai nangis,” kata Mensos.Jadi, katanya, isu ‘label kepresidenan’ bukan merupakan isu substansial. Mensos mengajak media untuk lebih mengawal isu-isu yang lebih substansial. “Yang utama saat ini membangkitkan semangat bangsa mengatasi pandemi,” katanya.
Achmad Junaidi | Jakarta