Kasus Perkosaan di Nigeria Melonjak Tiga Kali Lipat Selama Pandemi Corona

abuja nigeria reuters
abuja nigeria reuters (Foto : )
Kasus perkosaan di Nigeria melonjak hingga tiga kali lipat selama pandemi corona. Ini yang menjadi penyebabnya
.Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperkirakan, satu dari empat anak perempuan di Nigeria telah mengalami kekerasan seksual sebelum usia 18 tahun.Namun, menurut Tim Kekerasan Seksual dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (DSVT), Nigeria menghadapi gelombang baru perkosaan dan serangan seksual terhadap perempuan hingga tiga kali lipat sejak pandemi virus corona merebak.Isu itu semakin mengemuka ketika tiga perempuan diperkosa dan dibunuh di beberapa wilayah negara itu pada hari berbeda.Aktivis HAM Segun Medupin mengatakan penyebab meningkatnya kasus perkosaaan lantaran
 lockdown atau penutupan wilayah, membuat pelaku berada di ruang yang sama dengan korban."Mereka tidak berdaya dan pelaku juga tahu betapa tidak berdayanya mereka saat ini," kata Segun.Para pengecam mengatakan pada masa lalu Nigeria lambat menangani masalah itu, tetapi kini pihak berwenang mengirim tim penyelidik khusus tentang kekerasan gender ke setiap negara bagian.“Setiap orang punya saudara perempuan, punya seorang perempuan dalam kehidupan mereka, punya anak perempuan, punya ibu. Kita tidak ingin mereka dianiaya secara seksual, dilecehkan atau diperkosa. Oleh karena itu kami bersama Anda akan berjuang menciptakan Nigeria yang bebas perkosaan," kata Juru bicara Kepolisian Nigeria, Frank Mbah.

Menanti Keadilan

Tahun lalu pihak berwenang untuk pertama kalinya merilis daftar pelaku serangan seksual untuk menghukum para pelaku.Sementara forum gubernur baru-baru ini menyatakan status darurat perkosaan dan bentuk serangan seksual lain terhadap perempuan dan anak perempuan di 36 negara bagian di Nigeria.Ini memberi harapan pada korban yang menuntut langkah yang lebih tegas terhadap pelaku serangan seksual.Harapan mendapat keadilan juga dinanti Ifunanya Glory, korban perkosaan yang menceritakan, pelakunya masih berkeliaran bebas hingga sekarang.  Padahal menurut Ifunanya, ia diperkosa pada Januari 2015 lalu.Ifunanya bercerita, saat kejadian dirinya sedang dalam perjalanan kembali dari tempat bekerja ketika laki-laki tetangganya membujuk Ifunanya datang ke rumahnya.Ia berjuang untuk melawan ketika laki-laki itu menyeret, memukuli dan memperkosanya.“Ia terus menyeret saya. Saya kira TV-nya rusak karena terseret. Kemudian ia mulai memukul saya, memukul kaki saya, dan pada akhirnya saya tidak lagi dapat melawannya. Ia memperkosa saya. Saya ingat ia mengatakan 'Ifunanya, Tuhan pun tidak bisa menyelamatkan kamu dari tangan saya," tuturnya mengisahkah pengalaman kelam itu.Upaya Ifunanya untuk mendapatkan keadilan sia-sia. Ia datang ke gereja setiap minggu untuk melipur lara, tetapi ia tetap trauma.“Jika ada cara untuk mencekiknya, saya akan melakukannya. Jika ada apapun yang dapat saya lakukan untuk mengenyahkannya dari muka Bumi, saya akan melakukannya. Tetapi saya tidak dapat melakukan apa-apa karena saya miskin," katanya lagi. VOA Indonesia