Inilah Surat-Surat dari Sang Bunda untuk BJ Habibie Semasa Tinggal di Jerman

Inilah Surat-Surat dari Sang Bunda untuk BJ Habibie Semasa Tinggal di Jerman
Inilah Surat-Surat dari Sang Bunda untuk BJ Habibie Semasa Tinggal di Jerman (Foto : )
Presiden ke-3 Republik Indonesia, BJ Habibie, telah berpulang, Rabu (11/9/2019) dengan meninggalkan segala hal yang baik, dan bisa di contoh anak bangsa, salah satunya kecerdasan dan soal cinta terhadap orang tua.Bukti cinta BJ Habibie kepada orang tua adalah surat dari Ibunda Habibie, RA Habibie, yang ditujukan kepada sang putra dan istrinya, Ainun, semasa mereka tinggal di Jerman.Surat-surat dari ibundanya itu, hingga kini masih tersimpan rapi di bawah perawatan sejarawan Sumatera Utara, Ichwan Azhari, yang disimpan di Museum Sejarah Al-Quran Sumatera Utara, di jalan Pancing, Medan, Sumatera Utara.Surat-surat bersejarah itu, ditemukan oleh Ichwan Azhari saat kuliah di salah satu universitas di Hamburg, Jerman, tahun 1997 silam.Hamburgh adalah kota tempat tinggal Habibie bersama Ainun semasan di Jerman, dan Ichwan membeli surat-surat tersebut dari pedagang perangko Jerman, pada musim panas 1997, saat hendak mengunjungi pameran filateli di Kota Stuttgart.Saat itu, seorang pedagang perangko mengenali Ichwan yang gemar mengkoleksi surat dan perangko dari indonesia, sehingga sang pedagang tadi langsung menyodorkan satu kardus berisi surat untuk habibie tersebut.Sebagian dari surat itu, dikirim oleh ibunda Habibie, RA Habibie, yakni periode 1967 hingga 1970 silam, yang dikirim dari Bandung, Jawa Barat, ke alamat Habibie dan keluarganya di Hamburg.Kepada Ichwan, pedagang itu mengaku mendapat surat tersebut dari tukang loak, dia kemudian mengumpulkannya dan menjual kepada kolektor.“Biasanya pada saat liburan atau akhir pekan, saya selalu mendatangi pameran filateli atau perangko di Jerman,” ujar Ichwan.Saat menemukan surat ibunda RA Habibie yang ditujukan kepada anaknya, BJ Habibie, dirinya sempat terkejut dan ketika dibuka, ternyata benar surat tersebut ditulis untuk Habibie.Ichwan mengaku sempat kesulitan membacanya karena dalam bahas Belanda, campur bahasa jawa dan bahasa indonesia dan isinya selalu bercerita rasa rindu seorang ibu kepada anaknya Rudi, panggilan BJ Habibie.Terasa mengharukan saat membaca isi surat-surat tersebut yang penuh dengan saran, nasehat dan kerinduan seorang ibu kepada anak, menantu dan cucunya, yang ditulis dengan tinta biru di atas kertas amplop aerogram.Ichwan merasa menyesal karena keterbatasan dana, ia hanya bisa membeli sepuluh pucuk surat saja dan hingga kepulangannya ke Medan, Sumatera Utara, Ichwan hanya bisa membawa tujuh pucuk surat, karena tiga lainnya diberikan kepada sahabatnya, yang kebetulan istrinya adalah guru Sekolah Dasar Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie, dua anak Habibie yang bersekolah di Jerman.Berpulangnya BJ Habibie kini dirasa kian menambah penyesalan bagi Ichwan, karena surat yang ditulis lima puluh tahun silam dan telah disimpan selama dua puluh tahun itu, tak sampai diserahkan ke BJ Habibie, disebabkan usahanya selama ini untuk bisa berjumpa dan menyerahkan surat kepada pemiliknya yakni BJ Habibie, selalu kandas.
Joko Irawan | Medan, Sumatera Utara