Imbas Wabah Virus Corona, 150 Ribu Karyawan Pusat Perbelanjaan Dirumahkan

Imbas Wabah Virus Corona, 150 Ribu Karyawan Pusat Perbelanjaan Dirumahkan (Foto Istimewa)
Imbas Wabah Virus Corona, 150 Ribu Karyawan Pusat Perbelanjaan Dirumahkan (Foto Istimewa) (Foto : )
Imbas wabah virus corona, menurut Himpunan Peritel dan Penyedia Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) sudah ada 150 Ribu karyawan pusat perbelanjaan dirumahkan karena adanya penurunan omzet yang drastis membuat kondisi perusahaan ritel kritis.
Menurut Ketua Umum HippHimpunan Peritel dan Penyedia Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengakui indo Budihardjo Iduansjah mengatakan, dari sekitar 150.000 karyawan yang dirumahkan itu, statusnya sementara waktu, 
bukan berarti di-PHK, melainkan tetap dikontrak namun tidak diberikan hak-hak secara penuh, termasuk hanya menerima 50 persen gaji.  “Stok 300 ribu karyawan (tidak termasuk minimarket), 50 persennya itu dirumahkan. Rata-rata karena tenant tutup. Sehingga mereka dirumahkan. Seperti FnB, cafe hanya sisa sedikit (yang buka). Mereka dirumahkan hak-haknya diberikan tapi tidak full. Tidak ada tunjangan transport para karyawan,” ujar Budihardjo seperti dikutip dari kumparan.com , Selasa (31/3/2020).Ditambahkan Budihardjo, Berdasarkan catatan, mayoritas tenant-tenant di Jakarta mengalami penurunan pengunjung hingga 100 persen. Sementara yang berada di luar ibu kota mengalami penurunan sekitar 80 persen.Kondisi ini yang mendorong pengusaha untuk mengurangi beban operasional dengan cara merumahkan karyawan.Lebih lanjut Budihardjo menyatakan, industri ritel merupakan bisnis yang membutuhkan uang kas agar bisnis tetap berlangsung.“Cash setiap hari ada uang masuk berapa, kita langsung investasi (training, buka cabang dan sebagainya). sehingga pada saat situasi mendadak stop, kekuatan perusahan enggak ada,” jelasnya.Lebih jauh Budihardjo menambahkan, sebelumnya memang sudah ada kesepahaman juga antara pihak penyewa (Riteler) dengan pengelola mal sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.Tutupnya sebagian pusat perbelanjaan itu, kata Budihardjo, juga menyusul sudah banyak bioskop dan permainan yang tidak beroperasi lebih dulu.“Toh yang datang juga enggak ada, bahaya juga untuk penularan mendingan karyawan kita yang tidak prioritas seperti toko emas, baju, salon (tutup). Kalau bioskop sudah tutup, 2 minggu atau sebulan tutup dulu. Tapi supermarket buka, money changer buka, ATM jalan semua jadi enggak mengganggu,” pungkas Budihardjo.