Imbas Kebijakan Lockdown 21 Hari, India Kian Kacau dan Nyaris Lumpuh

Imbas Kebijakan Lockdown 21 Hari, India Kian Kacau dan Nyaris Lumpuh (Foto Istimewa)
Imbas Kebijakan Lockdown 21 Hari, India Kian Kacau dan Nyaris Lumpuh (Foto Istimewa) (Foto : )
Imbas kebijakan lockdown 21 hari yang dikeluarkan Perdana Menteri Narendra Modi, India kian kacau dan nyaris lumpuh.
Lockdown yang diterapkan untuk mencegah peredaran virus Corona malah tak mampu mencegah kekacauan di India secara keseluruhan, karena eknomi nyaris lumpuh dengan ditutupnya pabrik-pabrik, belum lagi harga kebutuhan pokok naik tinggi.Kini hampir satu miliar warganya mengalami stress karena mereka tidak memiliki uang lagi sebab upahnya dibayar harian.Belum lagi bidang medis yang menjadi ujung tobak membasmi wabah virus corona, juga ikut menderita karena stok masker N-95 serta Alat Pelindung Diri (APD) kian menipis sehingga tenaga medis jadi makin berisiko tertular virus coronaSecara skala nasional, penutupan pabrik-pabrik berimbas pada pengangguran massal.Seperti dilansir dari
AFP , para buruh ini tinggal di apartemen yang sempit, bekerja berjam-jam untuk beberapa dollar sehari, dalam kondisi yang kerap tidak aman tanpa jaminan sosial. Kondisi kian kacau karena adanya pembatasan transportasi di mana o perasional sebagian besar transportasi umum terhenti.Pergerakan warga menjadi sangat terbatas karena seperti di Delhi, hanya pemegang izin pemerintah yang bisa menggunakan layanan bus umum. Sementara polisi dan paramiliter menghentikan kendaraan pribadi yang melintas.Yang paling parah adalah stok APD dan ventilator yang langka dan banyak dikeluhkan oleh pengelola rumah sakit bahwa mereka mengaku kelangkaan stok masker N-95 dan Alat Pelindung Diri (APD).Bagitu pula dengan rasio perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit di India adalah 0,7 untuk setiap 100.000 orang. Jauh lebih sedikit dari negara seperti Korea Selatan (6 per 100.000) yang sanggup membendung penyebaran virus.Ventilator (alat bantu pernapasan) di India juga terbatas meski saat ini ada hampir 100.000 ventilator, tapi sebagian besar dimiliki rumah sakit swasta dan sudah dipakai pasien dengan penyakit kritis.