Anies Baswedan: 'Jakarta Bukan Hanya Milik Orang Makmur’

anak-anak main bola
anak-anak main bola (Foto : )
www.antvklik.com
- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, berbicara di forum bergengsi “Global Conference 2018” yang diselenggarakan oleh Milken Institute di Los Angeles. VOA Siaran Indonesia mewawancarai Anies Baswedan sebelum berbicara di sesi ASEAN : Pertumbuhan dalam 10 Tahun ke Depan. Berikut selengkapnya.VOA: Kami mengetahui Bapak akan bicara dalam forum ‘’Global Conference’’ di Milken Institute Los Angeles Selasa pagi ini (1/5) tentang pertumbuhan di ASEAN dalam 10 tahun ke depan dan bagaimana mendorong kerjasama, dan juga interdependensi ekonomi, sebagai suatu blok di kawasan. Apa yang tadi Bapak sampaikan dalam forum tertutup itu ?Anies Baswedan:‘’Terima kasih sudah diajak bicara di VOA. Saya diundang di Milken Institute Global Conference yang diselenggarakan di Beverly Hills, dimana saya bicara tentang ASEAN dalam 10 tahun ke depan. Jakarta bukan hanya Ibu Kota Indonesia, Jakarta adalah juga Ibu Kota ASEAN dan hari ini lebih dari 41 persen penduduk Asia Tenggara tinggal di perkotaan.Jika kita lihat perkembangan perekonomian, lebih dari 40 persen GDP di ASEAN berasal dari daerah urban dan pertumbuhan masyarakat di urban akan menjadi lebih besar. Jadi, peran kota di Asia Tenggara ke depan akan membesar dan akan semakin banyak orang yang tinggal di perkotaan. Ini bukan fenomena khusus di Asia Tenggara, tetapi juga di seluruh dunia. Bahkan diperkirakan pada 2050, 75 persen penduduk dunia akan ada di perkotaan.Jadi, saya sampaikan kepada mereka tentang pentingnya memberi perhatian pada pembangunan untuk memfasilitasi banyaknya penduduk yang akan bermigrasi ke perkotaan. Pembangunan infrastruktur menjadi penting, tidak hanya pembangunan transportasi tetapi juga pembangunan bagi keluarga yang tinggal di perkotaan. Bagi mereka yang tinggal di pedesaan, air pipa tidak terlalu penting karena dengan mudah mereka bisa membangun sumur dan mendapatkan air bersih. Tetapi di perkotaan, pipa air bersih bagi tiap keluarga menjadi sangat penting.Kedua, soal pengelolaan limbah. Di desa bisa dilakukan dimana saja karena lahannya luas, tetapi di perkotaan, pengelolaan limbah menjadi sangat penting karena di perkotaan tidak ada tempat dimana kita bisa begitu saja membuang sampah. Jadi ini contoh bahwa kita harus mengantisipasi terjadinya pergeseran tempat tinggal penduduk di Asia Tenggara, dan kita harus menyiapkan infrastruktur agar mereka yang semakin banyak tinggal di perkotaan bisa mendapatkan kesejahteraan dan keadilan. Untuk catatan saja, khusus bagi Indonesia, sejak 2009 lebih banyak penduduk tinggal di perkotaan dibanding di pedesaan.”[caption id="attachment_97537" align="aligncenter" width="300"]
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berbicara di forum “Global Conference 2018” di Milken Institute, Los Angeles, Selasa (1/5). (Courtesy: Anies Baswedan) [/caption]​VOA: Seiring dengan semakin banyaknya penduduk pindah ke perkotaan karena keberadaan infrastruktur dan keinginan meningkatkan kesejahteraan, ada pula beragam masalah lain yang timbul antara lain banjir, kemacetan, kriminalitas dll. Bagaimana mengatasi hal itu?.Anies Baswedan: “Betul! Tantangan yang akan muncul adalah tantangan wilayah urban. Oleh karena itu keseriusan menyiapkan hard infrastructure dan soft infrastructure bagi perkotaan menjadi penting sekali. Ini teraplikasi bukan hanya di mega city seperti Jakarta, tetapi juga kota-kota lain yang sedang berkembang. Supaya tidak mengulangi masalah yang dialami kota seperti di Jakarta, dari awal sudah harus diantisipasi adanya pergeseran penduduk dari wilayah rural ke urban.Masalah yang kita hadapi sekarang adalah kita tertinggal, kita kalah cepat. Jadi tidak mengantisipasi perubahan. Lalu mendadak kita merasakan pressure, seperti di Jakarta jumlah penduduknya begitu tinggi, infrastruktur transportasi otomatis seharusnya tidak menjadi perhatian. Tetapi kita lama tidak memperhatikan itu, baru beberapa waktu ini infrastruktur transportasi secara serius dipersiapkan.Dalam forum itu saya bicara tren ke depan bagaimana mengantisipasi hal-hal yang harus kita lakukan sekarang agar ketika benar-benar terjadi pergeseran itu, kita lebih awal siap daripada perubahan yang terjadi.”VOA: Apakah selama ini Bapak sudah melakukan komunikasi dengan otorita ibu kota lain di Asia Tenggara, misalnya otorita di Kuala Lumpur, Malaysia, Vientiane di Laos, Bangkok diThailand, dan lain-lain untuk saling membagi informasi tata kota?Anies Baswedan: “Tidak ada yang khusus, tetapi kita lebih pada Jakarta karena posisi Jakarta sebagai Ibu Kota ASEAN. Kita secara serius ingin memfasilitasi. Karena pada prakteknya kita tahu meskipun Jakarta adalah pusat kegiatan resmi ASEAN, tetapi hari ini kegiatan perekonomian Asia Tenggara masih terpusat di Singapura. Singapura masih menjadi hub bagi kota-kota di Asia Tenggara. Nah, Indonesia harus mulai menyiapkan Jakarta untuk bisa menjadi hub tidak saja bagi nasional, tetapi juga Asia Tenggara. Hal ini membutuhkan soft dan hard infrastructure.VOA:Satu tahun ke depan ini Jakarta akan menjadi tuan rumah dan lokasi penyelenggaraan berbagai acara tingkat dunia, antara lain Asian Games, ASEAN Leaders Forum, dan lain-lain. Beberapa acara besar ada yang diselenggarakan di Bali, seperti IMF-World Bank Annual Meeting, Our Ocean Conference, dan lain-lain. Tetapi sebagian peserta tetap akan singgah di Jakarta. Ini belum termasuk penyelenggaraan pileg dan pilpres. Bagaimana persiapan infrastruktur dan juga lingkungan kesehariannya agar tetap kondusif?Anies Baswedan: “Yang pertama, soft infrastructure yang saya sebut tadi, dalam hal ini manusianya, menjadi kunci. Pembangunan pada akhirnya adalah pembangunan manusia, dan kami serius di Jakarta untuk melakukan pembangunan di aspek manusia. Mulai dari kesehatan, dengan memastikan agar setiap ibu melahirkan bisa sehat dan kembali ke rumah. Angka kematian ibu masih relatif tinggi di Jakarta. Dan saya harus garis bawahi, di Jakarta tidak boleh lagi ada ibu yang melahirkan dan kemudian dimakamkan. Ia harus bisa kembali ke rumah bersama anaknya. Kedua, kesehatan anak, ini krusial, agar tidak ada lagi anak yang kurang gizi.Ketiga, pendidikan, di Jakarta tantangan kita cukup besar karena 28 persen anak usia SMA tidak berada di sekolah. Ini secara provinsi. Jika bicara wilayah, di Jakarta Utara hampir separuh anak usia SMA tidak berada di sekolah. Jadi angka putus sekolah atau drop-out tinggi. Kita tidak bisa biarkan. Selama ini masalah ini tidak muncul di permukaan karena ada supply tenaga kerja yang konstan dari luar Jakarta sehingga kalau pun anak-anak itu tidak lulus SMA, tetap tersedia tenaga kerja karena dari sekeliling Jakarta bermunculan tenaga kerja yang cukup.Kita akan dorong sekolah-sekolah vokasi. Ini contoh human capital development. Nah terkait dengan event-event besar yang akan berlangsung di Jakarta, event-event itu akan memberi manfaat bagi kita di Jakarta. Misalnya Asian Games, yang memberi kesempatan bagi warga Jakarta, bukan hanya Jakarta sebenarnya, tetapi juga Jawa Barat dan Palembang. Maka, pertama akan menggerakkan perekonomian, dan kedua menjadi kesempatan berinteraksi dan menyadarkan bahwa kita bagian dari warga dunia.Anak-anak, sekolah, para pekerja dan seluruh warga sudah disiapkan program dan akan diefektifkan setelah lebaran, untuk menyiapkan mereka agar bisa ada engagement yang sebesar-besarnya. Sehingga kita merasa sebagai tuan rumah sebuah event global dan event seperti ini terjadi terakhir kali 56 tahun lalu. Jadi belum tentu ada lagi dalam waktu dekat. Jadi kita melihat ini sebagai kesempatan. Seringkali event seperti ini menjadi isolated-event, dimana hanya mereka yang terlibat langsung yang merasakan. Sekarang kita mencoba untuk tidak melakukan itu, tapi justru membuat masyarakat merasakannya.Perlu digarisbawahi bahwa Asian Games itu ada tiga komponen di dalamnya. Pertama, komponen persiapan infrastruktur. Kedua, komponen penyelenggaraannya. Ketiga, komponen prestasi atletnya. Ketiganya bukan di tangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Komponen pertama ada di tangan Kementerian PUPRA, komponen kedua di tangan Inasgoc selaku penyelenggara, komponen ketiga di Kementerian Menpora.[caption id="attachment_97539" align="aligncenter" width="300"] Para pekerja proyek Jakarta Mass Rapid Transit bekerja di lokasi konstruksi di kawasan bisnis Sudirman, 17 April 2018.