Hari Diabetes Sedunia, Integrasi Teknologi Kesehatan untuk Optimalkan Edukasi dan Dukungan Pasien

Integrasi Teknologi Kesehatan untuk Optimalkan Edukasi Pasien Diabetes
Integrasi Teknologi Kesehatan untuk Optimalkan Edukasi Pasien Diabetes (Foto : Istimewa)

American Diabetes Association (ADA) memaparkan bahwa perubahan gaya hidup yang sederhana, seperti pola makan yang lebih sehat dan rutin beraktivitas fisik, sudah dapat menurunkan risiko diabetes secara signifikan.

Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid selaku Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dalam paparannya mengenai Situasi Diabetes di Indonesia tahun 2022 ini, mengatakan: “Penyakit diabetes melitus (DM) semakin meningkat di Indonesia. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi DM meningkat menjadi 10,9% dan prediksi International Diabetes Federation (IDF) memprediksikan akan ada peningkatan jumlah penderita diabetes di Indonesia dari 10,7 juta tahun 2019 menjadi 13,7 juta di tahun 2030. Upaya menurunkan prevalensi DM menjadi penting dan salah satu yang memegang peranan penting bagi semua stakeholder. Diagnosis dini dan tatalaksana komprehensif pada penderita diabetes akan menekan angka morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit komorbid ataupun komplikasi diabetes.”

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD., FINASIM selaku Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) turut menyampaikan update terkini seputar Pencegahan dan Manajemen Diabetes Melitus.

“Terdapat 3 jenis pencegahan diabetes melitus tipe 2 yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk menderita DM tipe 2 dan intoleransi glukosa. Upaya pencegahan dilakukan terutama melalui perubahan gaya hidup. Lalu, pencegahan sekunder berupa upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis DM Tipe 2. Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendeteksi dini adanya penyulit, melakukan penyuluhan, dan melakukan pemberian vaksinasi. Kemudian, pencegahan tersier ditujukan pada kelompok pasien diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup,” ujarnya.

Dr. dr. Sony Wibisono, Sp.PD., K-EMD., FINASIM sebagai Ketua Umum Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) menyampaikan Peran Pemantauan dalam Program Dukungan Pasien dalam Perawatan Pasien Diabetes,

“Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) yang terstruktur dan alat ukur yang baik dapat memberikan informasi mengenai variabilitas kadar glukosa darah harian penyandang DM. Pemantauan glukosa darah mandiri merupakan bagian dari Diabetes Self Management Education (DSME) atau Edukasi Pengelolaan Diabetes Mandiri (EPDM),” kata Dr. dr. Sony Wibisono.

Dr. dr. Aris Wibudi, Sp.PD-KEMD, selaku Ketua Perkumpulan Diabetes Edukator Indonesia (PEDI) turut menekankan pentingnya Peningkatan Edukasi bagi Lingkaran Orang dengan Diabetes.