Gus Yahya "Ngaji" NU di London dan Exford

Gus Yahya "Ngaji" NU di London dan Exford
Gus Yahya "Ngaji" NU di London dan Exford (Foto : Istimewa)

“Problem identitas muslim-kafir harus diatasi dengan cara yang tidak boleh menimbulkan masalah baru,” tegas Gus Yahya. 

Kedua, perlunya mengembangkan cara pandang baru tentang konsep Syari’ah. Menurut Gus Yahya, konsep ini seringkali dipahami sebagai sesuatu yang sudah selesai.

Padahal pengembangan pemikiran Syariah Islam perlu dilakukan terus-menerus supaya ajaran Islam semakin relevan dengan kondisi dan kearifan masyarakat di seluruh dunia. 

Ketiga, perlunya mengatasi berbagai konflik yang terjadi dengan jalan dialog dan perdamaian untuk meminimalisir berbagai benturan baik dalam kelompok-kelompok Islam sendiri maupun Islam dengan pihak lain. 

Keempat, isu formalisasi negara Islam. Menurut Gus Yahya, kehidupan organisasi negara sangat tergantung kepada pilihan terbaik dari masyarakat negara yang menjalaninya.

Islam secara spesifik tidak menawarkan bentuk negara, namun Islam memberi dasar nilai-nilai universal yang bisa dijadikan rujukan dalam membangun relasi sosial dalam masyarakat negara. 

Gus Yahya menegaskan, melalui pengalaman panjang Nahdlatul Ulama dalam mengelola dan mengembangkan peradaban Islam di Indonesia, NU memiliki kemampuan otoritatif sebagai representasi Islam untuk memberi penjelasan kepada masyarakat dunia.