Siswa SMP Dibully dan Dikeroyok Teman Gegara Nolak Diajak Main Futsal

Siswa smp dikeroyok
Siswa smp dikeroyok (Foto : )
Siswa SMP di Tangerang Selatan dibully dan dikeroyok teman sekolahnya lantaran  menolak ajakan bermain futsal . Korban mengalami luka berat dan terpaksa dirawat di rumah sakit.MS pelajar kelas Sembilan SMP Negeri 18 Tangerang Selatan masih menjalani perawatan intensif di RSU Tangerang Selatan  setelah menderita luka berat  bagian wajah dan tubuhnya.  Korban menolak ajakan  teman-teman sekelas n bermain futsal saat jam pelajaran berlangsung karena ingin konsentrasi menghadapi ujian tengah semester. Namun , penolakannya justru membuat marah teman-temannya. MS justru dibully bahkan dikeroyok. Korban mengaku dihajar dengan batu bata pada bagian wajah dan tubuhnya dipukuli.[caption id="attachment_85261" align="alignnone" width="900"]
siswa SMP dibully
dibullly dan di keroyok gegara nolak diajak main futsal, siswa SMP  Negeri 18 Tangsel  masih dirawat[/caption]Sulastri, ibu korban  mengatakan kejadian pengeroyokan terjadi di sekolah  dan anaknya dikeroyok oleh tiga temannya namun berbeda kelas. Rencananya keluarga korban akan melaporkan kasus pengeroyokan ini ke Polres Tangerang Selatan. Sementara  pihak sekolah masih enggan memberikan keterangan resmi terkait peristiwa pengeroyokan tersebut.Bully membully  ternyata masih ada di sekolah. Belum sebulan kasus di Semarang  kini terjadi di Tangerang Selatan.   Dua siswa SMAN 1 Kota Semarang yang dikeluarkan dari sekolah mereka gara-gara tuduhan perundungan terhadap adik kelas akan difasilitasi mendapatkan sekolah pengganti oleh Dinas Pendidikan Jawa Tengah.

Perundungan yang dituduhkan itu, menurut manajemen SMAN 1 Kota Semarang terjadi di kegiatan latihan dasar kepemimpinan (LDK) yang resmi diselenggarakan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), November 2017 lalu. Kedua siswa itu memang aktivis di organisasi siswa tersebut. Setelah menuduh keduanya melakukan penganiayaan, pihak sekolah mengundang orang tua kedua siswa. Kepada mereka, pihak sekolah memberikan pilihan mengundurkan diri tanpa diproses hukum atau dikeluarga dan tetap diproses hukum.

Ujung-ujungnya, kedua siswa itu tetap harus drop out (DO) dari SMAN 1 Kota Semarang. Menanggapi kenyataan itu, Kepala Disdik Jateng Gatot Bambang Hastowo, Minggu (25/2/2018) malam, menyatakan kesiapan memfasilitasi kedua siswa itu untuk melanjutkan pendidikan di SMA negeri terdekat tempat tinggal mereka.

Nah, kenapa masih tega membully orang sih, bukankah yang membully juga akan menerima hukuman, apapun bentuk hukumannya...Laporan Iksan Bakti dari TangselDEMIKIAN LAPORAN IKSAN BHAKTI/ MILHAN WAHYUDI / DARI KOTA TANGERANG SELATAN/ BANTEN