Hanya ada sejumlah pengunjung yang terlihat berlalu lalang di Asakusa, sebuah lokasi wisata populer di Tokyo, yang tadinya diprediksi akan dibanjiri ribuan penonton dan peserta olimpiade."Seharusnya ada banyak turis dan orang asing di daerah Asakusa selama Olimpiade Tokyo. Namun kenyataannya, daerah ini sepi dan kami kecewa, " kata Shuichi Inoue, pemilik toko yang menjual manisan Jepang.Inoue adalah satu dari ratusan pemilik UMKM di Asakusa dan wilayah-wilayah lain di Tokyo yang merasakan dampak buruk pembatasan terkait pengendalian Covid-19 di negaranya.Hal serupa juga dialami Yoshihisa Omae pemilik toko suvenir yang awalnya membuka usaha di lokasi utama turis dekat Ometesando, sebuah distrik perbelanjaan kelas atas.Lantaran pandemi Covid-19, ia memindahkan tokonya ke Hiro-o, kawasan perumahan di Shibuya yang populer bagi kalangan ekspatriat.Omae tidak hanya kehilangan kesempatan untuk menonton upacara pembukaan bersama putrinya, tetapi penghasilannya jauh berkurang karena kebijakan olimpiade tanpa penonton."Penghasilan berkurang, bahkan mungkin hanya 10 persen dari penghasilan dulu. praktis tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ekspektasi awal saya," katanya.
Pandemi Covid-19 telah membuat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di berbagai negara terdampak parah. Bahkan kondisi serupa juga dialami UMKM Jepang meski negara itu sedang menggelar Olimpiade Tokyo.Banyak UMKM di Jepang yang terpukul parah akibat pandemi Covid-19. Keputusan pemerintah untuk melarang orang asing datang menyaksikan Olimpiade Tokyo kian memperparah situasi ini.