Windri Patilima Rebut Sabuk Juara Welterweight One Pride dari Theodorus Ginting

Windri Patilima Rebut Sabuk Juara Welterweight One Pride dari Theodorus Ginting (Foto Istimewa)
Windri Patilima Rebut Sabuk Juara Welterweight One Pride dari Theodorus Ginting (Foto Istimewa) (Foto : )
Bertajuk Fight for Pride, One Pride MMA kembali dengan One Pride Fight Night 46, Sabtu 12 Juni 2021.
Event yang merupakan acara pembuka sesudah bulan Ramadhan menyajikan pertarungan gelar kelas welterweight antara Theodorus Ginting dan Windri Patilima di partai utama.“Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih kepada fighter, sudah memberikan pertunjukan yang sangat luar biasa. Kita disajikan partai puncak menarik. Seperti yang kita lihat, patah tumbuh hilang berganti, setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya,” kata Ardiansyah Bakrie, Ketua Umum KOBI.[caption id="attachment_471202" align="aligncenter" width="900"]
Windri Patilima Rebut Sabuk Juara Welterweight One Pride dari Theodorus Ginting (Foto Istimewa) Windri Patilima Rebut Sabuk Juara Welterweight One Pride dari Theodorus Ginting (Foto Istimewa)[/caption]Pada partai utama, kelas welterweight One Pride kembali diguncang dengan kembali berpindahnya sabuk kelas welterweight dari Theodorus Ginting ke “The Bad Boy” Windri Patilima.Windri menunjukkan semangat dan fokusnya sebagai juara baru di pertandingan ini. Setelah menerima banyak pukulan di ronde pertama dan pembukaan dari ronde kedua, petarung asal Kotamobagu, Sulawesi Utara ini tetap menjaga fokusnya dan berhasil mendaratkan pukulan telak yang menggoyahkan Theodorus.Melihat berbaliknya keadaan, Windri dengan cepat menyergap dengan pukulan bertubi-tubi yang beberapa kali hampir menghentikan “Singa Karo”. Pertarungan berlanjut ke ronde ketiga dengan kedua fighter baku hantam mendaratkan pukulan-pukulan telak, sampai Windri berhasil menjatuhkan Theodorus.Petarung asal Jakarta ini terus memberikan perlawanan dengan takedown, namun berhasil dihentikan dan memberikan peluang bagi Windri untuk menyarangkan kuncian Rear Naked Choke untuk mengakhiri perlawanan “Singa Karo”.