Unthuk Cacing Kue Lebaran Unik dan Gurihnya Nagih

Unthuk Cacing Kue Lebaran Unik dan Gurihnya Nagih
Unthuk Cacing Kue Lebaran Unik dan Gurihnya Nagih (Foto : )
Unthuk Cacing adalah kudapan khas lebaran yang unik. Dalam Bahasa Indonesia berarti gundukan sarang cacing. Dulu, orang menggunakan batok kelapa yang diberi beberapa lubang kecil untuk mencetak kue ini, kemudian digoreng. 
Jajanan tradisional meski sederhana tapi punya pangsa pasar yang jelas. Selain soal rasa, pilihan nama juga membuat jajanan tradisional gampang diingat. Meski kadang namanya unik bahkan bikin geli.Contohnya, jajanan desa ini. Namanya Unthuk Cacing. Sebutan ini berasal dari bentuknya yang gilig panjang dan melingkar-lingkar,  bertumpuk jadi satu, seolah-olah mirip cacing yang bertumpuk. Maka orang desa menyebutnya Unthuk Cacing itu."Ya karena bentuknya begitu ya, seperti cacing, makanya disebut begitu. Tapi rasanya jauh dari kesan geli, bahkan kalau sudah makan sekali hawanya pengen ngemil terus," kata Muawanah (50), salah satu pembuat jajanan tradisional di Kampung Karangbolo, Ungaran, Kabupaten Semarang.Kue unthuk cacing dibuat dari bahan-bahan seperti tepung ketan, telur ayam, gula pasir, garam, air, dan minyak goreng. Semua diaduk jadi satu hingga tercampur benar dan tingkat kepadatannya harus pas, karena akan menentukan bagus tidaknya adonan ini dibuat menjadi uliran Unthuk Cacing.[caption id="attachment_404201" align="alignnone" width="900"]
Unthuk Cacing Kue Lebaran Unik dan Gurihnya Nagih Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Modelnya juga bisa divariasi. Ada yang kecil ada yang besar, ada yang sedikit renggang, dan ada yang lebih rapat. Di beberapa tempat, untuk yang model rapat sering juga disebut Unthuk Yuyu, karena mirip binatang air Yuyu atau ketam, kepiting.[caption id="attachment_404200" align="alignnone" width="900"] Unthuk Cacing Kue Lebaran Unik dan Gurihnya Nagih Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Untuk membuatnya, perajin memakai cetakan tempurung kelapa yang dilubangi. Ditekan langsung ke adonan, sehingga adonan dibawahnya akan masuk lubang dan keluar dalam bentuk uliran melingkar-lingkar."Bathok (tempurung) kelapa ini sejak awal mula dulu dipakai. Kuat, murah, awet, dan kaku, sehingga saat untuk mlenet itu bagus hasilnya," kata perajin Unthuk Cacing, warga Karangbolo, Ungaran.Uliran dalam tempurung lalu dikerok dengan sendok, dam ditata sedemikian rupa pada loyang. Selanjutnya diambil perajin lain yang bertugas menggoreng unthuk cacing."Kudu telaten mas, dan pengalaman, kalau enggak nanti ulirannya bisa ambyar," tambahnya.Kue ini sangat akrab di lidah warga, terutama di kampung-kampung dan pedesaan. Sering jadi hidangan  pada saat-saat tertentu seperti hajatan, dan paling banyak untuk hidangan pada hari raya lebaran.Maka tak heran jika pada saat-saat menjelang hari raya para perajin mendapat banyak pesanan. Contohnya ya di dusun Karang Bolo, Ungaran, Jawa Tengah, yang memang menjadi sentra pembuatan aneka jenis makanan tradisional."Kalau pas bulan Ramadhan, full dari pagi sampai malam hampir satu kampung bikin semua, ya unthuk cacing, ya rempeyek, dan lain-lain, soalnya ngejar pesanan untuk hari raya," kata Muawanah, perajin jajanan tradisional Ungaran.Selain dipasok ke pasar, banyak pedagang dari beberapa daerah yang datang ke sini untuk membeli dalam jumlah besar. Mereka kemudian memasoknya ke daerah wisata, seperti Semarang, Ungaran, Salatiga, hingga kota-kota di pantura. Teguh Joko Sutrisno | Ungaran, Jawa Tengah