Uji Nyali Menarasikan Seni Budaya Betawi di Tengah Pandemi Covid-19

Uji Nyali Menarasikan Seni Budaya Betawi di Tengah Pandemi Covid-19 (Foto ANTV)
Uji Nyali Menarasikan Seni Budaya Betawi di Tengah Pandemi Covid-19 (Foto ANTV) (Foto : )
Seni Budaya Betawi sangat erat dengan kehadiran penonton yang akan menikmati nilai dan makna seni itu sendiri sebagai bagian dari hiburan.
Namun saat pandemi, tentu kehadiran penonton akan dibatasi bahkan dilarang. Tentu dibutuhkan narasi yang menarik untuk tetap melestarikan.Seni memang bukan sekedar hiburan, seni adalah hasil karya cipta manusia bernilai tinggi. Seni bisa menjadi karya cipta yang memiliki nilai-nilai luhur suatu peradaban.Karya cipta seni bernilai luhur itu terwujud ketika bertemu dengan nilai-nilai dan kebiasaan yang berkembang di tengah masyarakat.Seni budaya terbentuk dan sekaligus membentuk dari dan untuk nilai-nilai yang terus beradaptasi dengan perubahan jaman. Tak terkecuali di masa pandemi.Dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi ruang gerak dan kerumunan, maka berbagai pertunjukan mustahil dilakukan.Kondisi itu membuat seni budaya tradisional kian mendapat tekanan berat termasuk sanggar-sanggar seni budaya Betawi.Jika sebelum pandemi saja sulit mendapatkan panggung, tentu kondisi saat ini harus berjuang lebih keras untuk bisa mempertahankan eksistensi.Semangat untuk mempertahankan warisan nilai luhur seni haruslah dari panggilan hati. Sebeb jika bukan karena panggilan hati, tentu akan sulit untuk tetap bisa eksis di tengah derasnya arus informasi dan segala kondisi.Regenerasi Seni Betawi memang terjadi. Namun pola pelestarian itu masih dalam skala terbatas turun temurun sebagai warisan engkong dan babe.
Hal itu dirasakan oleh Firman salah satu pewaris Seni Betawi, yang memiliki sanggar lenong Betawi bernama Puja Betawi.Dengan jumlah pemain 25 sampai 30 orang masing-masing personil tentu harus mencari sumber penghasilan lain selain dari berkesenian.Begitu juga yang dialami Mulyadi yang mendapat amanah "warisan" sanggar Gambang Kromong Cahaya Subur dari ayahnya.Dengan segala keterbatasannya, baik Firman maupun Mulyadi mencoba bertahan untuk tetap dapat panggung di jaman yang serba digital. Keduanya mengaku perlu ada campur tangan pemerintah untuk bisa ikut melestarikan nili-nilai seni dan budaya, termasuk Seni Betawi.Dengan otoritasnya, pemerintah bisa menciptakan iklim yang mendukung tumbuh dan berkembangnya seni budaya sebagai jati diri sebuah bangsa.Hal yang juga penting dilakukan adalah bagaimana pelaku seni budaya Betawi mampu beradaptasi dengan inovasi dan kreasi.Hal ini 'wajib' dilakukan bagi para pewaris seni budaya, seiring dengan kondisi  jaman yang senantiasa berubah dari masa ke masa.Terobosan dalam produksi dan distribusi seni budaya Betawi harus senantiasa disesuaikan dengan pola konsumsi masyarakat.Jangkauan media digital yang tidak sebatas lokal, tentu membuka peluang yang sedemikian lebar.Menarasikan seni budaya Betawi di tingkat global menjadi sebuah keniscayaan yang harus diimbangi dengan semangat kerjasama. Serta profesionalitas dan tak cukup sekedar dengan semangat kepedulian.Pakem dan nilai-nilai tetap di jaga, namun pesan yang berisi pernyataan dan kemasan perlu disesuaikan.Untuk memicu kreativitas dan inovasi penggiat seni budaya Betawi, berbagai kegiatan telah dilakukan. Salah satunya yang dilakukan oleh Yayasan Benyamin Suaeb (YBS) dan Bens Radio 106,2 FM.Dengan didukung oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta,  maka Roadshow Pesona Seni Budaya Betawi (PSBB) untuk Indonesia bisa terselenggara.Pada gelaran program ini, YBS dan Bens Radio 106,2 FM mengunjungi sanggar-sanggar aneka seni budaya Betawi yang masih ada.