Kasihan, Ribuan Gajah di Thailand Kelaparan & Terpaksa Dikembalikan ke Habitatnya

gajah digiring ke hutan
gajah digiring ke hutan (Foto : )
Lebih dari 1.000 gajah menghadapi kelaparan di Thailand karena krisis virus corona. Kondisi ini disebabkan penyebaran virus telah memangkas pendapatan dari sektor pariwisata.
Rasanya tak lengkap menyebutkan Thailand tanpa tahu nama julukannya. Ya, populer dijuluki sebagai Negeri Gajah Putih, binatang berbelalai panjang itu memang sudah sejak lama dijadikan ikon dari Negeri Siam tersebut.Salah satu buktinya adalah patung gajah yang dipajang di depan gedung Museum Nasional Indonesia. Patung gajah tersebut merupakan hadiah Raja Chulalongkorn dari Kerajaan Siam untuk Batavia pada 1871 silam.Oleh karena itu, saat berwisata di Thailand, berkunjung menyambangi gajah di habitatnya seakan sudah jadi kewajiban. Di setiap sisi negara tersebut, kamu bisa menemukan penangkaran gajah yang bisa didatangi sesuai dengan kebutuhanmu.[caption id="attachment_318622" align="alignnone" width="900"]
gajah di habitatnya Gajah di Tahiland yang dikembalikan ke habitatnya (Foto: Istimewa)[/caption]Namun sayang, pandemi virus corona yang menghantam dunia pariwisata membuat lebih dari 1.000 gajah menghadapi kelaparan di Thailand.Kehadiran pengunjung berperan penting bagi perawatan dan pembelian makanan untuk 4.000 gajah yang diberdayakan di Thailand. Apalagi hewan-hewan tersebut makan hingga 200 kg dalam sehari.Sepinya pengunjung bikin tempat penangkaran dan pengasuh gajah mesti berjuang keras membelikan mereka makanan untuk 4 ribu gajah yang dipelihara. Apalagi dalam sehari, seekor gajah bisa mengkonsumsi makanan hingga 200 kg. Banyak, ya.Thailand biasanya mengandalkan pariwisata untuk membiayai sebagian besar pertumbuhan ekonominya. Tapi mewabahnya COVID-19 membuat negara ini harus menutup perbatasannya untuk wisatawan.[caption id="attachment_318625" align="alignnone" width="900"] Thailand biasanya mengandalkan pariwisata untuk membiayai sebagian besar pertumbuhan ekonominya (Foto: Istimewa) Thailand biasanya mengandalkan pariwisata untuk membiayai sebagian besar pertumbuhan ekonominya (Foto: Istimewa)[/caption]Dengan taman wisata ditutup dan tidak ada pengunjung, gajah-gajah pun kelaparan karena pemiliknya tidak punya penghasilan untuk mengurus hewan tersebut.Tantangan untuk memberi makan dan menjaga gajah-gajah ini akan semakin sulit, karena Thailand juga tengah mengalami musim kemarau.Seperti dilansir dari laman ABC, Kerri McCrea, pengelola Suaka Gajah Kindred Spirit di Mae Chaem, di utara Thailand, mengatakan penduduk desa di sekitarnya telah membawa sekitar 70 gajah kembali ke daerahnya masing-masing, karena mereka tidak lagi mendapatkan uang dari pariwisata."Memberi makan gajah adalah prioritas, tetapi masalahnya masyarakat setempat tak punya hutan lagi yang tersisa untuk dijadikan tempat makan buat para gajah," katanya.Kini dengan lumpuhnya sektor wisata, para aktivis mengkhawatirkan para gajah akan kelaparan karena pemiliknya tidak memiliki penghasilan untuk memberi makanan kepada gajah-gajah itu. Ada juga kekhawatiran bahwa gajah-gajah itu akan dijual kepada sindikat penebang liar di perbatasan Thailand-Myanmar.Oleh karenanya, Upaya evakuasi dan pengembalian gajah ke habitat , menjadi pilihan para pemilik gajah di Thailand, lantaran tidak sanggup lagi membiayai kebutuhan makanan gajah yang relatif mahal per harinya. ABC/ AP