Diungkap, Sampah Australia Cemari Bahan Pangan di Jawa Timur

Sampah Australia
Sampah Australia (Foto : )
Sampah Australia jadi sorotan lantaran telah mencemari bahan pangan di Jawa Timur.  Canberra berjanji untuk melarang ekspor sampah plastik, kertas bekas, ban serta kaca bekas ke Indonesia.
Sebuah LSM bernama International Pollutants Elimination Network (IPEN) merilis laporan mengenai telur ayam kampung dekat pembuangan sampah yang tercemar dioksin dalam kadar sangat tinggi dari limbah sampah impor.Dioksin merupakan polutan organik persisten yang secara ilmiah diidentifikasi sebagai bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan kimia ini telah dikaitkan dengna penyebab kelahiran cacat pada bayi serta penyakit parkinson.Menurut laporan IPEN, ekspor limbah plastik tidak hanya menghasilkan polusi di sekitar lokasi pembuangan di Jawa Timur, tapi juga mencemari rantai makanan dalam konsentrasi berbahaya.LSM ini melakukan pengujian laboratorium pada telur ayam kampu di Desa Tropodo dan Bangun, yang merupakan kawasan pembuangan sampah plastik impor dari Amerika Serikat, Inggris dan Australia.Mereka menemukan kandungan dioksin dalam satu telur ayam 70 kali lebih tinggi daripada yang dapat ditoleransi menurut ketentuan Otoritas Keamanan Pangan Eropa."Itu artinya Anda tidak akan langsung jatuh sakit setelah makan telur tersebut. Tapi jika Anda mengkonsumsi telur-telur itu selama periode tertentu, risiko Anda terkena kanker, gangguan endokrin, gangguan sistem kekebalan tubuh dan lainnya, meningkat secara dramatis," kata pakar toksilogi Dr Lee Bell, yang turut menulis laporan IPENTingkat dioksin yang ditemukan dalam sampel telur ayam di Jatim itu menjadi salah satu yang terburuk di Asia.

Terbesar Kedua

Menurut data Biro Statistik Australia (ABS), Indonesia saat ini menjadi tempat pembuangan sampah kertas dan plastik Australia terbesar kedua sejak China melarang impor sampah tahun lalu.Laporan sejumlah LSM pada Juni lalu menyebutkan sampah plastik impor yang masuk ke Indonesia meningkat dua kali antara 2017 dan 2018.Dan menurut ABS, Australia mengekspor 728 kiloton sampah selama periode Juli 2017 dan Juli 2019.Meski tak gampang melacak sumber sampah plastik impor begitu di Indonesia, namun menurut Dr Bell, pihaknya menemukan label "Made in Australia" di lokasi."Sangat jelas material itu yang datang dari negara seperti Australia, berakhir di lahan Indonesia, baik dengan cara dibakar di tempat terbuka atau dikirim ke pembakaran," katanya.Tumpukan sampah plastik yang tak lagi bisa didaurulang karena berbagai faktor termasuk karena tercemari limbah, biasanya kemudian dijual ke pabrik pembuatan tahu untuk dijadikan bahan bakar.Seorang warga Tropodo bernama Anam yang dihubungi ABC menjelaskan, pabrik-pabrik tersebut mengandalkan plastik sebagai bahan bakar meskipun ada risiko kesehatan.Lebih dari 40 pabrik tahu berada di desa tersebut dan merupakan sumber mata pencaharian warga.

Hemat Biaya

Menurut Anam, mereka menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar sejak 1996 karena lebih hemat biaya."Plastik itu mudah terbakar. Warga juga melihat bahwa apinya jauh lebih panas dibandingkan dengan kayu. Hanya saja memang polusinya hampir tak tertahankan. Asapnya mencekik pernafasan. Di siang hari saya takut keluar karena ada 10 pabrik di dekat rumahku," kata Anam.Dia mengungkapkan bahwa laporan soal telur terkontaminasi dioksin itu telah beredar di desanya. Namun, katanya, kekhawatitan utama mereka adalah asap hitam dari pembakaran plastik."Aku sering makan telur dari sekitar sini. Saya baik-baik saja untuk saat ini. Tapi siapa tahu apa yang akan terjadi 20 tahun kemudian?" katanya."Bisa saja kami beralih ke kayu, tetapi biayanya akan sangat besar, keuntungan kami akan berkurang setengahnya," tambah Anam lagi.

Dibantah Ada Kontaminasi